NU Cirebon
Cirebon: Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozie mengungkapkan bahwa masih banyak hal yang perlu mendapat perhatian di setiap tingkatan kepengurusan NU.
Hal itu disampaikan Kiai Aziz saat memberikan sambutan di acara Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) 2 PCNU Kabupaten Cirebon pada Ahad, 18 Februari 2024 di Hotel Sangkan, Kuningan, Jawa Barat.
“Kami mencatat masih ada banyak hal yang perlu mendapat perhatian, baik di tingkat cabang hingga kepengurusan di ranting,” ujar Kiai Aziz.
Kiai Aziz menyebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah setiap kebijakan dan tindakan atas nama NU harus bernuansa hukum Islam.
Maka dari itu, Kiai Aziz menegaskan bahwa pentingnya dilakukan intensifikasi mengkaji hukum Islam baik di lembaga maupun di tingkat Majelis Wakil Cabang (MWC).
“Bahstul Masail ini penting, dan ini ruhnya NU. Karena di dalam forum ini akan ada kesepakatan hukum terhadap kajian fikih terkait permasalahan di masyarakat,” ujar sosok yang juga pengasuh Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin, Cirebon itu.
Ia berharap kepengurusan di tingkat MWC bisa menguatkan Lembaga Bahtsul Masailnya untuk terus memproduksi kajian dan fatwa.
“Tentu ini akan dimulai dari PCNU. Meskipun di tingkat MWC sebenarnya tidak ada aturan untuk membuat lembaga, tetapi saya kira ini perlu dilakukan,” katanya.
Penguatan ekonomi
Hal yang perlu diperhatikan berikutnya yakni terkait penguatan ekonomi. Kiai Aziz mengaku, pihaknya telah membuat 10 desain untuk merealisasikan sektor tersebut.
“Menguatkan ekonomi di level jamiyah perlu menggerakkan sejumlah unit usaha, yang hasilnya itu harus menyisihkan sejumlah persentase untuk penguatan organisasi. Per hari ini sudah berjalan, baik di PC maupun MWC,” tegas Kiai Aziz.
Beberapa langkah yang sudah berjalan di antaranya yakni penguatan koperasi dan air minum dalam kemasan. Tahun ketiga ini, kata dia, sektor tersebut sudah beromzet Rp6,7 M.
“Maka harapan kami pengurus yang ada di sini bisa mendorong seluruh jamaahnya untuk menjadi anggota koperasi,” ucapnya.
Ia menegaskan, sebuah koperasi tidak akan maju jika tidak didukung oleh anggotanya. Kiai Aziz bertekad koperasi yang dikelolanya itu menjadi yang terhebat di Cirebon.
Sementara pada unit usaha NU Mineral, Kiai Aziz menyebut penjualannya kurang lebih 20 ribu karton per bulan.
“Namun jika diukur, jumlah tersebut masih sebagian kecil dari komunitas NU. Untuk itu, perlu digerakkan lagi agar omzetnya bisa melebihi itu,” ucap dia.
Upaya untuk mendongkrak penjualan NU Mineral sudah dilakukan, yakni pada akhir 2023 pemerintah setempat memberikan hibah 19 becak motor (bentor).
“Bupati Cirebon saat itu memberikan 19 bentor untuk percepatan distribusi NU. Ini saya harap bisa dimaksimalkan. Bahkan ke depan bisa menyelesaikan target 21 bentor untuk kecamatan lain,” katanya.
“Jika itu maksimal, maka penjualan NU Mineral harus sudah mencapai 100 karton per bulan,” imbuhnya.
Koin NU
Berikutnya, Kiai Aziz menyampaikan bahwa untuk penguatan jamaah perlu dilakukan pengumpulan infak dari semua warga NU.
“Maka Muskercab 2 ini Lazisnu melalui program koin NU dapat terdistribusi nyata di setiap MWC. Infak yang besar dan akan dimanfaatkan untuk penguatan jamaah,” tutur Kiai Aziz.
Lebih lanjut, Kiai Aziz sudah belajar cara untuk menguatkan ekonomi jamiyah dan jamaah. Hal itu dibuktikan dengan kunjungan ke PCNU Magelang.
“Di sana bisa mengembangkan unit usaha dan koin NU dengan jumlah yang cukup fantastis, yakni satu bulan Rp1 M,” ungkap dia.
Menurutnya, pencapaian tersebut harus diaktualisasikan di Muskercab dan dipraktikkan di tengah-tengah NU yang ada di kecamatan.
“Sehingga Muskercab 3 nanti kita masuk diskusi jumlah M itu dialokasikan untuk apa, tidak lagi memikirkan datangnya infak itu. Karenanya, forum ini saya minta betul-betul diseriusi,” tandasnya.