NU Cirebon
Cirebon: Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozie menegaskan bahwa jurnalisme bukan sekadar keterampilan teknis, tetapi dapat menjadi jalan dakwah dan ibadah jika dilandasi niat yang benar.
Pernyataan tersebut disampaikan Kiai Aziz dalam penutupan Madrasah Jurnalensa yang berlangsung di Meeting Room PCNU Kabupaten Cirebon pada Kamis, 3 Juli 2025. Acara ini diikuti 20 peserta berbagai delegasi, mulai dari MWC, Kampus, Pesantren, dan lembaga pendidikan lainnya.
“Ilmu jurnalistik bisa menjadi sarana dakwah jika diarahkan dengan baik. Bahkan, ia bisa menjadi bagian dari pemenuhan syariat Islam,” ujar Kiai Aziz dalam sambutannya.
Niat ibadah
Lebih lanjut, Kiai Aziz mengajak peserta memaknai profesi wartawan dari sisi spiritual. Ia menegaskan bahwa bekerja di dunia media bukan semata urusan duniawi. Jika diniatkan untuk mencari nafkah halal dan memberi manfaat kepada masyarakat, maka profesi ini pun bisa bernilai berpahala.
“Jangan mengira menjadi wartawan itu sekadar untuk mencari uang. Kalau niatnya untuk menafkahi keluarga secara halal, itu sudah termasuk ibadah,” ujarnya.
Baca: Keutamaan Mengusap Kepala Anak Yatim di Bulan Muharram: Anjuran, Dalil, dan Hikmahnya
Ia juga menekankan pentingnya niat dalam setiap tindakan. Menurutnya, nilai keagamaan tidak harus selalu disampaikan lewat ayat atau hadis, tetapi bisa diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan yang dilandasi niat baik.
“Hikmah agama tidak selalu harus disampaikan dengan ayat. Niatlah yang jadi dasar utama. Innamal a‘malu binniyat, segala amal tergantung niatnya,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Aziz berharap melalui kegiatan Madrasah Jurnalensa ini melahirkan jurnalis yang memiliki latar belakang santri. Sebab menurutnya, saat ini wartawan yang lahir dari kalangan pesantren bisa dihitung jari.
“Dari 10 jurnalis, mungkin hanya dua yang lahir dari latar belakang pesantren,” katanya.
Dari teori ke aksi
Sosok yang juga dewan pengasuh Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin itu mengingatkan agar ilmu yang diperoleh selama pelatihan tidak berhenti di ruang kelas. Ia mendorong peserta untuk segera mempraktikkan keterampilan jurnalistik agar ilmu yang didapat terus berkembang.

“Kalau ilmunya sudah didapat, jangan disimpan. Langsung praktik. Itu yang membuat ilmu terus hidup dan bertambah,” jelasnya.
Ia menyebut proses belajar tidak hanya terjadi di dalam ruang pelatihan, tapi lebih nyata saat terjun langsung di lapangan. Bila sebelumnya peserta belajar melalui teori atau by learning, kini saatnya mereka masuk ke fase learning by doing.
“Kemarin belajar secara teori. Setelah ini, belajar dengan praktik. Itulah pembelajaran yang sesungguhnya,” ujarnya.
Aktualisasi diri dan gerakan literasi
Sebagai bentuk keberlanjutan dari pelatihan, Kiai Aziz mendorong adanya program aktualisasi diri di lembaga masing-masing. Masa pasca-pelatihan selama enam hari dianggap waktu ideal untuk mengaplikasikan materi yang telah diperoleh.
“Saya harap ada program lanjutan. Enam hari ke depan adalah waktu untuk menguji dan menguatkan diri lewat karya nyata di tempat masing-masing,” tuturnya.
Ia berharap Madrasah Jurnalensa tidak hanya menjadi program pelatihan tahunan, tetapi berkembang menjadi gerakan literasi dan kaderisasi jurnalis Nahdliyin yang berkelanjutan di lingkungan NU.
Jurnalisme bernapaskan Islam
Madrasah Jurnalensa merupakan inisiatif Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PCNU Kabupaten Cirebon. Program ini bertujuan memperkuat kapasitas kader muda NU dalam bidang jurnalistik, termasuk pemahaman dasar jurnalistik, teknik peliputan, penulisan berita, serta etika media.
Yang membedakan pelatihan ini adalah penanaman nilai keislaman sebagai bingkai aktivitas jurnalistik. Peserta diajak memahami bahwa menyuarakan kebenaran dan keadilan adalah bagian dari misi keislaman.
Kiai Aziz pun menutup sambutannya dengan penekanan bahwa media dapat menjadi ladang amal jika digunakan dengan niat yang lurus dan tujuan yang mulia.
“Jika ruang media digunakan untuk tujuan baik, maka ia bisa menjadi ladang amal dan ibadah,” pungkasnya.