NU Cirebon
Cirebon: Bahtsul masail merupakan agenda rutin untuk membahas persoalan yang terjadi di masyarakat. Sehingga, menjadi tantangan tersendiri bagi pengurus NU di Kabupaten Cirebon.
Demikian disampaikan Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozie saat sambutan di acara penutupan bahtsul masail dalam rangka Haul Almarhumin sesepuh dan warga Pondok Pesantren An-Nashuha Kalimukti pada Ahad 11 Juni 2023.
Dalam kesempatan itu, ia berharap Lembaga Bahtsul Masail (LBM) mampu membuat formula yang lebih menyentuh aspek sosial.
Menurutnya, forum bahtsul masail tidak hanya menyikapi persoalan secara tekstual. Akan tetapi, mendorong pada sisi-sisi kontekstualnya.
Oleh karena itu, forum tersebut mampu menjawab realitas sosial berdasarkan kebutuhan faktual di masyarakat. Sebab, persoalan akan terus berubah setiap waktu.
Kiai Aziz menilai, bahtsul masail di Pondok Pesantren Gedongan merupakan terobosan yang patut diapresiasi. Sebab, pokok bahasannya berkaitan erat dengan faktual yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Pada waktu itu, lanjutnya, bahtsul masail di Gedongan merekomendasikan haramya nikah siri. Putusan ini bersifat solutif bagi persoalan yang kerapkali terjadi di sekitar kita.
“Hasil bahtsul masail Gedongan ada aspek sosial yang bisa dilihat. Tidak hanya terafiliasi dengan teks semata,” terang Kiai Aziz saat memberikan
Maka dari itu, Pengasuh PP. Assalafie Babakan Ciwaringin ini merasa bangga kepada kiai yang mendiskusikan tentang batsul masail.
Ketika bahtsul masail, para kiai pada awalnya lebih mengedepankan aspek qauliyah yang aplikatif. Kemudian, putusannya meningkat berdasarkan ilhaq masail binnadzoiriha.
Berkaitan dengan itu, Kiai Aziz berharap kepada LBM PCNU untuk menyelenggarakan bahtsul masail manhaji. Ia menegaskan, PCNU siap memfasilitasi kegiatan itu dengan menggandeng Pemerintah Kabupaten Cirebon.
“Saya ingin ada bahtsu khusus kiai. Kiai senior berkumpul menyikapi persoalan secara manhaji,” tandasnya.
Pewarta: Iin Sholihin