NU Cirebon
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus mengajak para kiai untuk lebih aktif berdakwah di media sosial (medsos). Hal itu dilakukan sebagai bentuk adaptasi dengan lajunya perkembangan zaman.
Dikutip dari tayangan YouTube NU Online pada Sabtu, 30 Maret 2024, Gus Mus menegaskan bahwa ajakan tersebut berdasarkan arus medsos yang kian mendominasi di tengah masyarakat.
“Sekarang zaman medsos, harus ada kiai-kiai yang medsos-an,” ujar Gus Mus pada tayangan Gus Mus: Prinsip Hidup La Ilaha Illallah Eps.2 | Kisah Para Pendakwah Edisi #1.
Baca Juga: Dakwah di Medsos Bagian dari Perintah Al-Qur’an
Ia menambahkan, jika para dai ingin mencapai tujuannya, maka pastikan dia telah mengerti perkembangan zaman dan juga metode dakwahnya.
“Seorang dai harus paham sasaran dakwah, dan mengerti caranya dakwah,” ujar Gus Mus.
Menurutnya, konten dakwah di medsos harus disampaikan dengan cara yang tepat sesuai tuntutan zaman.
Dalam kesempatan itu, Gus Mus menyebut bahwa perubahan zaman adalah hal yang alami.
“Perubahan itu suatu hal yang Fitri. Dawamul hal, muhal. Kondisi yang terus begitu saja mulai zaman Nabi Adam itu muhal. Terus dalam kehidupan kita selalu ada perkembangan-perkembangan,” jelasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu menjelaskan, dengan adanya kiai-kiai yang aktif di medsos, maka narasi-narasi keislaman akan banyak ditemukan di jagat maya.
“Kalau sampean dakwahnya di HP, bangun tidur dibaca orang akan tidur dibaca orang juga, tapi kalau kalau di TV, kan, nunggu TV buka. Kalau nunggu penceramah di pengajian ya, nunggu pengajiannya kapan paling nanti pengajian Isra Mi’raj sebulan sekali muludan bisa sekali, efektifnya ya, menggunakan tuntutan zaman itu,” katanya.
Selain melalui unggahan di medsos, Gus Mus juga menyinggung dakwah melalui film. Ia mengambil contoh film produksi barat. Tak sedikit dari mereka yang mampu menyampaikan pesan moral secara tersirat yang dikemas dengan apik.
“Orang yang berdakwah bil (dengan) film ya harus ngerti film. Dia harus mengerti perfilman, kalau nggak ngerti perfilman ya seperti film-film sinetron itu, dia pengertian Islamnya hanya dalam bentuk adegan orang datang masuk ‘Assalamualaikum’ pada istrinya Istrinya masuk ke dapur, sudah dianggap itu ilm Islami,” pungkasnya.[] (Iin Sholihin)