NU Cirebon Online,
Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon menggelar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pengelolaan Perpustakaan di Sekolah dan Madrasah. Kegiatan berlangsung selama dua hari Jumat-Sabtu (18-19/10) di Auditorium Nahdlatul Ulama (NU) Centre Sumber.
Sebanyak 55 peserta mengikuti kegiatan yang bekerjasama dengan sejumlah instansi terkait itu. Mereka berasal dari berbagai tingkatan sekolah/madrasah mulai MI/SD hingga SLTA/MA/SMK.
Ketua LP Ma’arif PCNU Kabupaten Cirebon, MF Fahrurrozi MA didampingi Sekretaris LP Maarif, Wahyono mengatakan, penyelenggaraan kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya sekolah atau madrasah yang kekurangan tenaga spesialis perpustakaan dengan kecakapan yang dimiliki. Selain itu, karena menjadi kebutuhan sekolah/madrasah sebagai penunjang akreditasi.
Tujuannya, ujar pria yang akrab disap Kang Paul, LP Ma’arif ingin ikut mencetak petugas yang profesional di bidang Perpustakaan sekolah/madrsah. “Juga memberikan atau memancing daya inovasi petugas Perpustakaan agar dapat mendorong minat baca buku para siswa yang ada,” sambung Wahyono.
Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozi dalam sambutannya mengapresiasi ikhtiar LP Ma’arif NU dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) dengan menyelenggarakan Diklat Perpustakaan bagi sekolah dan madrasah, terutama yang dimiliki warga NU. Pasalnya, Perpustakaan di lingkungan pendidikan masih kurang mendapatkan perhatian.
“Padahal, kita sebagai warga NU dan komunitas pesantren justru sangat paham bahwa peningkatan mutu pendidikan yang paling krusial adalah membiasakan prilaku dengan membaca,” kata Kang Aziz.
Membaca, kata dia, merupakan doktrin. Jika ingin mendapatkan pengetahuan, maka kunci utamanya adalah membaca. Terutama membaca seluruh aspek kehidupan, termasuk hasil-hasil karya ilmiah ilmuan-ilmuan yang telah terkodifikasi dengan baik.
Dikatakan, peningkatan mutu Perpustakaan mutlak diperlukan untuk menunjang pengetahuan para siswa di lingkungan madrasah dan aekolah NU. Apalagi sekarang memasuki fase revolusi industri 4.0, di mana teknilogi informasi dan digitalisasi menjadi pilihan utama.
“Perpustakaan juga harus menyesuiakan dengan perkembangan fase revolusi industri 4.0. perpustakaan kita harus sudah menggunakan perangkat teknolgi informasi. Sehingga memudahkan siswa-siswi untuk berselancar membaca pengetahuan melalui dunia digital,” tukas dia.