Oleh: Syafruddin Mahmud
(Pengasuh Pondok Tahfidz Nurul Quran Bekasi)
۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”
Ayat tersebut sering disampaikan oleh para kiai-kiai pesantren agar di antara putra-putra NU ada yang takhassus memperdalam ilmu agama. Tujuannya agar tidak kehabisan regenerasi para ulama yang mumpuni dalam bidang agama.
Karena sejatinya, NU berdiri atau bangkit berkat adanya para ulama dan para kiai pesantren. Tanpa kiai dan ulama, maka tidak akan ada NU. Regenerasi harus terus berjalan untuk kekokohan di dalam tubuh NU itu sendiri, terlebih dalam usianya yang sudah 1 abad ini.
Tak heran jika para kiai pendiri NU lebih memilih dengan نهضة العلماء yang memiliki arti “Kebangkitan para ulama” bukan dengan نهضة الأمة “Kebangkitan umat” atau yg lainnya. Sebelumnya juga sempat ada usulan nama نهضة التجار “Kebangkitan para pengusaha”.
Kesepakatan penggunaan nama tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, jika ulama atau kiai pasti ia termasuk umat, akan tetapi, jika menggunakan kata umat ia belum tentu ulama atau kiai.
Sehingga untuk keberlangsungan NU dalam menyongsong abad kedua ini, selain harus ada yang memperdalam ilmu teknologi, kedokteran, pengusaha, dan sebagainya, juga sebagian putra putri NU harus tetap ada yang secara khusus “tafaqquh” (memperdalam) ilmu agama agar tidak kehilangan jati dirinya sebagai ormas yang mengedepankan dan memuliakan ilmu agama.
Sebab setelah wafat Rasulullah SAW, ulama merupakan rujukan utama dan panutan umat sepanjang masa. Sedangkan harta dan jabatan ada masanya sendiri.
Pendapat tersebut senada dengan hadis Nabi SAW:
العلماء ورثة الأنبياء والمرسلين
“Pewaris pengetahuan dan keilmuan dari para Nabi dan Rasul adalah para ulama”
NU di usianya yang menginjak 100 tahun telah melewati beberapa masa, mulai dari masa penjajahan, masa kemerdekaan, masa reformasi, hingga masa kini. Dengan segala tantangan dan kelebihan serta kekurangan nya itu, NU tetep jaya dan semakin berkembang di dunia.
Belum tentu, ormas Islam lainnya yang hanya mengandalkan keilmuan teknologi dan lain sebagainya bisa bertahan seperti NU. Dengan demikian, tanpa pengetahuan agama yang mumpuni, biasanya akan rapuh dan cepat bubar.
Berkat perjuangan para muassis NU, sudah sepatutnya kita sebagai penerus harus berterima kasih kepada beliau dan para kiai penerus lainnya yang masih konsisten menjaga marwah NU hingga sekarang.