NU Cirebon
Cirebon – Ketua Tanfidziyah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Desa Cangkoak, Ust. Ahmad Yani, menegaskan bahwa pembangunan Gedung Sekretariat Kelompok Binaan Nahdlatul Ulama (KBNU) bukanlah titik akhir, melainkan awal dari tanggung jawab besar dalam memperkuat peran organisasi ke-NU-an di tingkat desa. Hal ini ia sampaikan saat memberikan sambutan dalam acara Majelis Dzikir dan Sholawat yang digelar Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Dukuhpuntang pada Hari Jum’at, 01 Agustus 2025 di gedung PRNU Desa Cengkoak.
Dikatakan, gedung sekretariat yang baru saja rampung dibangun harus menjadi pusat penguatan kaderisasi, pengembangan keilmuan, serta pusat kegiatan sosial-keagamaan warga NU di Desa Cangkoak.
“Membangun gedung itu penting, tapi jauh lebih penting adalah bagaimana kita bisa merawat, menghidupkan, dan menjadikan gedung ini sebagai pusat gerakan NU yang berdaya guna dan berkelanjutan,” ujar Ust. Ahmad Yani di hadapan para kader Ansor Dukuhpuntang.
Ust. Ahmad Yani menekankan bahwa bangunan fisik hanyalah sarana. Lebih utama adalah membangun semangat dan kesadaran kolektif untuk terus berkhidmah kepada para ulama dan umat. Terlebih, menurutnya, keberadaan GP Ansor sebagai badan otonom NU harus menjadi pelopor dalam menjaga ruh perjuangan organisasi.
“Ansor harus menjadi garda depan. Pemuda itu tiangnya negara, dan di NU, pemuda adalah pilar utama gerakan. Maka niat harus lurus, komitmen harus kuat, dan perjuangan tidak boleh setengah hati,” tambahnya.
Ia mengajak para kader muda NU untuk tidak hanya mengandalkan semangat sesaat, tetapi menumbuhkan konsistensi dalam setiap langkah perjuangan. Ia mengibaratkan niat dan tindakan layaknya membangun rumah.
“Kalau seseorang punya niat membangun rumah tapi tidak mulai mengumpulkan batu, kayu, atau semen, maka niat itu akan sia-sia. Begitu pula dalam berkhidmah, niat baik harus diwujudkan dalam tindakan nyata,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Ust. Ahmad Yani juga mengingatkan pentingnya menjaga budaya saling menasihati dan saling menguatkan di antara sesama anggota. Menurutnya, gerakan NU tidak boleh berjalan sendiri-sendiri atau tercerai-berai.
“Kalau ada satu yang jatuh, yang lain harus bantu bangkit. Bukan justru saling menjatuhkan. Khidmah ini adalah kerja kolektif, bukan kompetisi,” ujarnya.
Kegiatan Majelis Dzikir dan Sholawat ini merupakan bagian dari rutinitas keagamaan yang terus dijalankan oleh PRNU Desa Cangkoak bersama PAC GP Ansor Dukuhpuntang. Selain menjadi ruang spiritualitas, forum ini juga menjadi ajang konsolidasi gerakan serta pemupukan nilai-nilai ke-NU-an di tingkat akar rumput.
Di Desa Cangkoak sendiri, kegiatan keagamaan rutin dilakukan secara bergilir di mushola-mushola yang tersebar di setiap blok desa. Sementara itu, kajian keagamaan juga digelar setiap Ahad malam Senin di Aula KBNU sebagai wahana peningkatan pemahaman keislaman sekaligus mempererat ukhuwah antarwarga.
Di akhir sambutannya, Ust. Ahmad Yani menyampaikan harapan besar agar NU di tingkat ranting tidak hanya bertahan secara struktural, tetapi juga mampu memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
“Kita ingin NU hadir di tengah masyarakat, bukan hanya dalam simbol, tapi dalam karya dan solusi. Mari jaga semangat gotong royong dan terus perkuat khidmah kita demi umat, bangsa, dan tentu para ulama yang kita cintai,” pungkasnya.