NU Online Cirebon,
Derita memilukan yang dialami Fitriyah memunculkan keprihatinan sejumlah pihak. Kondisi kemiskinan, penyakit yang diderita Fitriyah dan anak bungsunya, plus tiga anak lainnya yang putus sekolah, menggugah Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Cirebon untuk turun tangan.
Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Cirebon membuka donasi cepat di kalangan pengurus dan nahdliyin. Hanya dalam dua hari jutaan dana terkumpul dan langsung diserahkan kepada Fitriyah yang sedang terbaring di Rumah Sakit (RS) Permata Cirebon, Sabtu (10/6).
Dana kepedulian diberikan langsung Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Cirebon KH Wawan Arwani Amin (Kang Wawan). Kang Wawan datang bersama Wakil Bendahara PCNU H Bisri Latief, Pengurus LAZISNU Cirebon Asep Saefullah, dan Pengurus Karang Taruna Kecamatan Losari Agus Salamun.
Dalam kesempatan tersebut Kang Wawan memberikan motivasi agar Fitriyah dan keluarganya tabah menghadapi cobaan hidup. Cobaan itu menunjukkan bahwa Allah sayang terhadap keluarga Fitriyah.
Ia juga mendoakan agar penyakit yang diderita keluarga Fitriyah segera disembuhkan. Kang Wawan juga berharap anak-anaknya mau dipondokkan dan disekolahkan di pesantrennya tanpa biaya sepeser pun.
“Kami berharap anak-anak bisa mondok di pesantren. Makan, minum, sekolah insya Allah kami yang tanggung. Selain untuk masa depan mereka, juga meringankan beban Bu Fitriyah, sehingga tidak berat mencari nafkahnya,” tutur pengasuh Buntet Pesantren, Kecamatan Astanajapura itu.
Dengan kalimat menahan haru, Fitriyah menyampaikan terima kasih kepada NU. Ia juga menceritakan kondisi keluarga, mulai dari penyakit tumor payudara yang diderita, gizi buruk anak bungsunya, beratnya mencari nafkah menghidupi empat anak tanpa suami, anak-anak yang putus sekolah, dan hal lainnya yang membuat suasana menjadi haru.
“Terima kasih pak kiai dan kepada NU atas perhatiannya. Doakan kami diberikan kekuatan dan kemudahan. Nanti saya akan bujuk anak-anak untuk mau mesantren,” kata Fitriyah yang mengaku baru selesai menjalani operasi payudara.
Usai menjenguk Fitriyah, pengurus NU juga menengok anak bungsunya yang juga dirawat di RS setempat, tak jauh dari kamar ibunya. Kondisinya sangat memprihatinkan. Meski usianya 4 tahun, tapi tubuhnya seperti anak normal usia satu tahun.
Pantauan wartawan, tubuh Ahmad Ramadani (4) tampak kurus kering. Matanya seperti menatap tajam, meskipun menurut neneknya ia tidak bisa melihat. Jauh dari anak seusianya, Ramadani tak bisa bicara. Untuk mendengar juga tidak terlalu peka. Bereaksi hanya terhadap suara yang lebih keras.
Sebelumnya, pemberitaan nasib Fitriyah bin Wari, warga Desa Astanalanggar RT/RW 02/05, Kecamatan Losari itu menjadi sorotan media. Fitriyah terpaksa mengurus anak-anaknya sendirian, setelah ditinggal suaminya tiga tahun lalu karena panyakit paru.
Ia hanya mengandalkan kerja serabutan beburu mengupas kulit bawang untuk menghidupi anak-anaknya. Seiring berjalannya waktu, keterbatasannya mulai memunculkan persoalan baru yang tak kalah berat. Satu per satu anak-anaknya putus sekolah (drop out).
Dimulai anak pertamanya Gelistina Henia (13) yang tidak lulus Sekola Dasar (SD). Tak lama adiknya, Tia yang kini berusia 12 tahun, juga putus sekolah saat menginjak kelas III. Sedangkan adiknya Lisa Septianingsih, meski sudah masuk usia sekolah, tapi sama sekali tak mengenyam pendidikan dasar. (Red Alhafiz K)
Sumber: nu.or.id