NU Online Cirebon
SUMBER – Penyebaran paham radikal dan terorisme tidak hanya menyasar kaum laki-laki dan generasi muda, tetapi juga telah menjadikan kaum perempuan dan anak-anak sasaran propaganda mereka. Hal ini melatar belakangi PC Fatayat NU Kabupaten Cirebon menggelar Seminar Kebangsaan dengan tema “Peran Perempuan dalam Menangkal Radikalisme-Terorisme”, Selasa (12/12) di NU Center, Jl Dewi Sartika No. 09, Sumber Kabupaten Cirebon.
Hadir sebagai narasumber Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat NU (PP Fatayat NU) Anggia Ermarini, Pengurus Fahmina Institute, Marzuki Rais, dan Perwakilan Polres Cirebon, H Sanawi.
“Penyebaran paham radikal terorisme di kalangan perempuan dan anak-anak sudah sangat lumayan butuh perhatian. Artinya, bila kita ingin Indonesia aman dan tenteram, kaum perempuan pun harus ikut bergerak, bersatu, dan bekerja keras dalam memerangi paham negatif tersebut,” jelas Hj Ijah Bahijah, Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Cirebon dalam sambutannya.
Lebih jauh Anggia Ermarini menjelaskan, saat ini perempuan dan anak-anak menjadi sasaran utama para radikalis. Sebagai perempuan kita harus sadar dan waspada bahwa gerakan ini sangat berbahaya bagi anak-anak dan generasi kita.
“Tujuan dari gerakan radikal-terorisme adalah bagaimana NKRI hancur dan Pancasila tidak lagi digunakan sebagai ideologi berbangsa dan bernegara,” jelas Anggia dalam penyampaian materi Seminar.
Indonesia sebagai negara yang warganya mayoritas beragama Islam terkenal sebagai Negara yang ramah. Oleh karena itu banyak cara bagaimana kita mencegah dan melindungi perempuan dan anak-anak dari sasaran kaum radikal-terorisme.
“Kita bisa menghindarinya dan melindungi anak-anak dengan mengajarkan ngaji, mengajarkan akhlak yang baik, mengajarkan toleransi dengan cara menghargai satu sama lain. Menebarkan nilai-nilai yang ramah, meningkatkan pendidikan perempuan,” ungkapnya.
Anggia mengajak seluruh kader Fatayat NU harus bisa mendeteksi tanda-tanda masuknya radikal-terorisme di lingkungannya. Salah satu cara yang kelompok radikal-terorisme lakukan adalah dengan mendirikan PAUD untuk mendidik anak menjadi calon “mujahid”, tetapi dijauhkan dari Kiai-kiai.
“Jika kita tidak mempunyai fondasi yang kuat maka kita akan mudah untuk dipengaruhi dan akan ragu dengan ilmu-ilmu dari para kiyai kita. Karena itu, perempuan Indonesia harus bersatu dan bangkit untuk membendung ancaman radikalisme dan terorisme,” tegas Anggia.
Laporan: Ayub Al Ansori