NU Online Cirebon –
Hari ini, 18 Oktober 2018, keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) Kab. Cirebon menggelar kegiatan Ziarah dan Napak Tilas Perjuangan Santri. Agendanya adalah berziarah ke sejumlah tokoh penting dalam perjuangan kaum santri asal Cirebon.
Peserta kegiatannya adalah para pengurus NU dari tingkat kabupaten dan kecamatan, pengurus lembaga, badan otonom (banom), dan perwakilan pesantren.
Rombongan ziarah dan napak tilas berangkat dari kantor PCNU Kab. Cirebon sekitar pukul 09.30. Tempat pertama yang diziarahi adalah makbaroh Sunan Gunung Jati. Rombongan para kiai dan penggerak NU itu masuk langsung ke tangga ketujuh persis di depan makam penyebar Islam di Cirebon dan sebagian besar Jawa Barat itu.
Selesai, iring-iringan puluhan kendaraan ziarah dan napak tilas menuju makam KH Amin Sepuh dan KH Solihin Babakan. Keduanya adalah tokoh yang ikut terlibat aktif dalam dalam perjuangan melawan penjajah Belanda. Untuk diketahui, KH Solihin merupakan santri KH Hasyim Asy’ari yang terlibat dalam pertempuran 10 November 1945.
Lokasi berikutnya adalah makom salahsatu tokoh yang ikut mendirikan NU bersama KH Hasyim Asyari. Beliau adalah KH Abdul Chalim Leuwimunding, Majalengka.
Yang terakhir, rombongan berziarah ke makom KH Abbas Abdul Jamil Buntet Pesantren. Beliau adalah panglima perang Hizbullah yang memimpin perlawanan atas tentara Inggris dan sekutu dalam pertempuran 10 November 1945.
Ketua Tanfidziyah PCNU Kab. Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozi mengatakan, ziarah dan napak tilas perjuangan santri merupakan rangkaian peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2018 tingkat Kab. Cirebon. Tujuannya adalah agar semua pengurus dapat merefleksikan perjuangan para tokoh tersebut dalam mendakwahkan Islam yang rahmatan lil alamin. Juga agar dapat meneladani akhlak perjuangan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
“Sebagai para pengurus NU dan warga NU kita harus mengingat jasa mereka. Tanpa mereka mungkin NU dan Indonesua tidak seperti sekarang ini,” kata dia.
Rois Syuriah PCNU Kab. Cirebon, KH Wawan Arwani Amin mengatakan, umat Islam wilayah Cirebon patut berbangga, karena banyak tokoh atau ulamanya yang memiliki andil besar dalam perjuangan melawan penjajahan. Karena itu spirit perjuangan itulah yang harus terus digelorakan dalam peringatan hari santri.
Sejatinya, lanjut Kiai Wawan, Hari Santri diperingati karena peristiwa 10 November di mana Resolusi Jihad yang dirumuskan KH Hasyim Asyari tanggal 22 Oktober adalah pemompa semangat perlawanan 10 November. Dan, panglima perangnya adalah KH Abbas Ibnu Jamil asli Buntet, Cirebon.
“Selain itu, yang harus tetap dipertahankan oleh santri masa kini adalah prinsip cinta tanah air dan nasionalisme. Dengan spirit itulah kita dapat mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelas Kiai Wawan.