NU Online Cirebon –
Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon bekerjasama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Cirebon menggelar Babar Naskah di Saung Perjuangan, Karyamulya, Kesambi, Kota Cirebon, Sabtu (5/1).
Sekretaris Lesbumi, Agung Firmansyah mengatakan, babar naskah merupakan diskusi rutin bulanan tentang pernaskahan Nusantara, khususnya membahas khazanah naskah Cirebon dan sekitarnya.
“Kegiatan ini diharapkan mampu memantik perhatian masyarakat akan naskah kuno sebagai sumber pengetahuan di tingkat lokal, dan membangun kebanggaan masyarakat bahwa Cirebon memiliki tradisi literasi yang tinggi, baik secara kualitas maupun kuantitas,” kata Agung.
Sementara itu, Sekretaris Manassa Cirebon, Nurhata memaparkan, Cirebon memiliki koleksi naskah kuno yang melimpah dan tersebar di beberapa lokus, yakni keraton, pesantren, dan warga. Namun, sayangnya naskah-naskah itu masih banyak yang belum tergali dengan baik secara ilmiah.
“Naskah-naskah tersebut terdiri atas naskah keagamaan, babad, primbon, dan lain sebagainya,” ucap dosen filolog IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Dia menilai, naskah kerap dijadikan rujukan oleh sejarawan dalam menulis dan merekonstruksi sejarah, yakni naskah sastra. Jika tidak dibekali dengan metodologi yang mumpuni, penggunaan naskah sastra sebagai rujukan penulisan sejarah akan problematis.
“Sebab sastra bersifat imajinatif, sedangkan sejarah bersifat faktual,” tuturnya.
Untuk itu, naskah sastra yang memuat cerita-cerita masa lalu harus dihadapi dengan sikap kritis, dengan tidak mengabaikan sumber-sumber lain yang lebih dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Selain itu, plot yang terkandung dalam naskah babad yang umumnya berupa karya sastra, memiliki banyak kesamaan antara satu tokoh di satu wilayah dengan tokoh yang lain di wilayah berbeda.
Yang paling lazim ditemui ialah plot tentang seorang pangeran (pewaris tahta kerajaan) yang memilih untuk melakukan pengembaraan, hingga ia tiba di daerah yang baru (babad alas) dan kelak menjadi penguasa di tanah yang baru.
“Saya berharap generasi muda menanamkan kecintaan terhadap naskah kuno, agar kekayaan intelektual masa lalu dapat dilestarikan oleh generasi berikutnya. Sekaligus untuk menguak berbagai fakta yang mungkin belum diketahui saat ini,” tandasnya. (Ariel)