NU Cirebon
Internasional Women’s Day menjadi ajang tahunan bagi masyarakat dunia khususnya yang konsen pada gerakan perempuan menuju keadilan dan kesetaraan.
Demikian disampaikan Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Cirebon, Roziqoh dalam acara peringatan International Women’s yang selenggarakan oleh PC Fatayat NU Kab. Cirebon bersama Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan. Selasa, (8/3)
Acara yang berlangsung di Kampus Institut Studo Islam Fahmina (ISIF) Cirebon itu dihadiri oleh Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan dan perwakilan PAC Fatayat NU di Kabupaten Cirebon.
Perlu diketahui, International Women’s Day tahun ini mengusung tema Break The Bias.
“Diusungnya tema itu karena di zaman serba digital saat ini masih banyak masyarakat yang memandang perempuan sebagai second class,” kata Roziqoh.
Menurutnya, momen International Women’s day yang diperingati oleh para pegiat gerakan perempuan bukan sekadar momentum semata, melainkan sebagai ajang evaluasi terkait isu-isu perempuan.
“Selain itu, tema Break The Bias yang diusung dikarenakan sampai sekarang banyak masyarakat yang masih bias gender dan juga masih menilai perempuan berada dinomor dua, hanya sebagai ‘konco wingking’,” imbuhnya.
Sehingga, lanjut Roziqoh, dari pandangan-pandangan bias itu lah bisa melahirkan permasalahan-permasalahan sosial.
“Permasalahan tersebut di antaranya Kekerasan terhadap perempuan, pelecehan seksual, masih berlakunya beban ganda di dalam rumah tangga, KDRT dianggap biasa bahkan menyudutkan kaum perempuan, dan masih banyak lagi kasus yang tak terekspose lainnya di media,” tegasnya.
International Women’s Day juga menurut Roziqoh hadir sebagai ajang evaluasi bersama.
“Women’s day bukan sekedar momentum atau seremonial belaka, tapi harus menjadi evaluasi bersama selama setahun kebelakang terkait isu dan perjuangan perempuan”, ucap Roziqoh.
Lebih lanjut, Roziqoh menyampaikan, momen ini sangat tepat untuk turun kembali ke basis, yakni Pimpinan Anak Cabang Kecamatan-kecamatan atau ke Desa-desa yang ada di Kabupaten Cirebon untuk mengampanyekan pencegahan kekerasan terhadap perempuan.
“Banyak perempuan yang belum memahami tentang apa itu kekerasan dan dampaknya, serta masih banyak perempuan yang belum memahami tentang hak-haknya, sehingga mereka sangat berpotensi menjadi korban kekerasan,” tuturnya.
Mirisnya, kata Roziqoh, saat mereka menjadi korban kekerasan, mereka lebih memilih damai atau diam.
“Makanya kami ingin memberikan penyadaran kepada perempuan tentang hak-hak mereka, agar mereka bisa terlindungi dan terbebas dari segala macam bentuk kekerasan yang menimpa mereka,” tandasnya.