WERU – Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Weru masa khidmah 2022-2027 telah resmi dilantik, Ahad siang, 19 Juni 2022.
Kegiatan yang digelar di pendopo Desa Setu Kulon tersebut berlangsung dengan semarak dan meriah. Setidaknya ada sekitar 500 orang nahdliyyin dan nahdliyat memadati lokasi yang berada di sebelah lapangan bola Arselon tersebut.
Selain pengurus MWC, dalam kesempatan tersebut juga dilakukan pelantikan pengurus badan otonom (Banom) NU tingkat kecamatan, yaitu PAC Fatayat, IPNU dan IPPNU. Dilantik pula pengurus ranting (PR) NU, Muslimat dan Fatayat.
Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozie, Rois Syuriyah PCNU, KH Wawan Arwani Amin, ketua PC Muslimat NU, Nyai Hj. Ipah Uripah, ketua PC Fatayat NU, Roziqoh MPd, ketua PC IPNU, rekan Yusuf, dan ketua PC IPPNU, rekanita Devi Farida.
Kegiatan pelantikan diramaikan dengan stand bazar UMKM, milik pengurus MWC, ranting, dan Banom-banom yang ada di Kecamatan Weru, yang menjajakan aneka kebutuhan, mulai dari pakaian, makanan, minuman, hingga aksesoris dan bingkai logo NU untuk hiasan dinding.
Kegiatan juga diramaikan dengan kesenian Brai Sekar Pusaka dari Desa Wangunharja Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon pimpinan Kang Ace.
Dikatakan, Brai berasal dari kata birahi yang berarti kasmaran, tergila-gila atau dalam bahasa Cirebonnya “keedanan”. Brai menjadi media dzikir untuk mengasah hati dan jiwa masyarakat.
Seni Brani diiringi musik untuk membangkitkan gairah kecintaan atau birahi kepada Allah SWT, melarutkan hati dalam dzikir melalui pelafalan kalimah thoyyibah sebagai syairnya. Lantunan lagu dalam kesenian tersebut bernuansa Islami dengan menggunakan bahasa Cirebon dan bahasa Arab.
Menurut Kang Ace, Brai memiliki makna padang (terang) dan memiliki kitab yang bernama Nuska yang masih utuh sampai sekarang. Nuska sendiri bisa berarti nerusaken sing langka (meneruskan yang tidak ada).
Seni Brai, kata Kang Ace, merupakan lantunan shalawat dan puji-pujian yang diiringi alat musik terdiri dari 4 rebana besar, 1 kendhang, dan tutukan.
Sementara itu, Kang Syaekhu Aziz, selaku ketua MWC, menuturkan bahwa panitia sengaja menghadirkan grup seni Brai dalam rangka mengenalkan kesenian warisan lokal kepada warga masyarakat Nahdliyyin, khususnya di Kecamatan Weru.
“Jangan sampai generasi muda kita tidak mengenal kesenian tradisional khas Islam di Cirebon warisan nenek moyang kita,” pesan Kang Syaekhu. *** [Masyhari]