Saturday, July 12, 2025
NU Kabupaten Cirebon
NEWSLETTER
No Result
View All Result
  • Warta
    • Nasional
    • Daerah
  • Ragam
  • Opini
  • Keislaman
    • Doa dan Dzikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Tasawuf
    • Tafsir
  • Pesantren
  • Tokoh
  • Kisah
  • NU Peduli
  • Kirim Tulisan
NU Kabupaten Cirebon
  • Warta
    • Nasional
    • Daerah
  • Ragam
  • Opini
  • Keislaman
    • Doa dan Dzikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Tasawuf
    • Tafsir
  • Pesantren
  • Tokoh
  • Kisah
  • NU Peduli
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
NU Kabupaten Cirebon
No Result
View All Result

Bolehkah Mudik tidak Puasa? Simak Syaratnya Berikut!

sofhaladnan by sofhaladnan
27/03/2025
in Fiqih, Warta
0
Home Keislaman Fiqih

NU Cirebon

RELATED POST

Dirikan MT Al-Muna, PAC Fatayat dan Muslimat Perkuat Pemahaman Fikih Praktis bagi Ibu-Ibu di Dukupuntang

Ketua PAC Fatayat NU Dukupuntang: MT Al Muna Wujud Nyata Pemberdayaan Ibu-Ibu dalam Pendidikan Al-Qur’an

MUDIK merupakan tradisi tahunan yang banyak dilakukan umat Islam Indonesia, terutama menjelang Hari Raya Idulfitri. Perjalanan jarak jauh ini sering kali menimbulkan pertanyaan terkait ibadah puasa: apakah seseorang yang melakukan perjalanan mudik diperbolehkan untuk tidak berpuasa?

Dalam Islam, terdapat keringanan (rukhshah) bagi musafir untuk tidak berpuasa, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan diperinci para ulama. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar seseorang yang mudik bisa mendapatkan keringanan ini.

Allah Swt memberikan keringanan bagi orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) untuk tidak berpuasa, sebagaimana firman-Nya:

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

“Maka barang siapa di antara kalian sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajib mengganti sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari lain.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Berdasarkan ayat ini, para ulama Syafi’iyah kemudian merinci beberapa ketentuan yang membolehkan seorang musafir untuk tidak berpuasa selama perjalanan.

Baca: Menelan Ludah saat Puasa Bisa Membatalkan? Ini Penjelasannya!

Agar seseorang yang melakukan perjalanan mudik diperbolehkan untuk tidak berpuasa, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi:

1. Jarak perjalanan harus mencapai Masafah Qashr (Jarak Minimal untuk Qashar Salat)

Dalam fikih, perjalanan yang membolehkan seseorang berbuka puasa adalah perjalanan yang memenuhi syarat Masafah Qashr, yaitu jarak minimal yang diperbolehkan untuk meringkas (qashar) salat.

Imam Al-Malibari dalam Fathul Mu’in menyebutkan:

و (أي : يُباحُ فِطْرٌ فِي سَفَرٍ قَصْرٍ دُونَ قَصِيرٍ وَسَفَرٍ مَعْصِيةٍ)

“Diperbolehkan berbuka (tidak puasa) dalam perjalanan jauh (qashr), bukan perjalanan yang pendek atau perjalanan maksiat.”

Terkait jarak minimal Masafah Qashr, para ulama memiliki beberapa pendapat dalam satuan kilometer (KM):

  • Syaikh Najmuddin Al-Kurdi (Al-Maqadir As-Syar’iyah): 80,64 KM
  • Kitab Taqrirot Assadidah: 82 KM
  • Darul Ifta’ Jordania: 83 KM
  • Mausu’ah Al-Fiqhiyyah (Adduror As-Saniyyah): 88 KM

Catatan penting:

Jarak ini dihitung sekali keberangkatan, bukan total perjalanan pulang-pergi.

2. Tidak bertujuan maksiat

Perjalanan yang membolehkan seseorang tidak berpuasa haruslah perjalanan yang bukan bertujuan maksiat. Jika perjalanan tersebut dilakukan untuk tujuan yang haram, maka keringanan berbuka puasa tidak berlaku.

Imam Al-Malibari dalam Fathul Mu’in menegaskan:

و (أي : دُوْنَ) سَفَرٍ مَعْصِيةٍ

“Bukan perjalanan yang bertujuan maksiat.”

Karena itu, mudik yang bertujuan untuk bersilaturahmi dengan keluarga termasuk dalam perjalanan yang diperbolehkan dalam syariat.

3. Berangkat sebelum fajar jika ingin berbuka

Seseorang yang hendak berbuka puasa karena bepergian harus meninggalkan daerah tempat tinggalnya sebelum terbit fajar. Jika ia masih berada di daerah asal saat fajar terbit, maka ia tetap wajib berpuasa pada hari itu.

Imam Ibnu Hajar Al-Haytami dalam Tuhfatul Muhtaj menjelaskan:

أَنَّ شَرطَ الفِطْرِ في أَوَّلِ أَيَّامٍ سَفَرِهِ أَنْ يُفارِقَ ما تُشْتَرَطُ مُجاوَزَتُهُ لِلْقَصْرِ قَبْلَ طُلُوعِ الفَجْرِ . وَإِلَّا، لَم يُفطِرُ ذلك اليوم

“Syarat diperbolehkannya berbuka puasa pada hari pertama perjalanan adalah sudah keluar dari batas daerah tempat tinggal sebelum terbit fajar. Jika tidak, maka ia tetap harus berpuasa pada hari itu.”

Dengan demikian, jika seseorang baru memulai perjalanan setelah terbit fajar, maka ia tetap harus menjalankan puasa pada hari itu.

Tips mudik dengan bijak saat puasa

Agar perjalanan mudik tetap nyaman dan sesuai dengan syariat, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

1. Pastikan jarak tempuh memenuhi syarat Masafah Qashr, yaitu minimal sekitar 80 KM sekali perjalanan.

2. Jika ingin berbuka, pastikan sudah meninggalkan daerah asal sebelum fajar terbit.

3. Siapkan makanan ringan atau minuman untuk berbuka jika perjalanan berlangsung hingga waktu Maghrib.

4. Jika tetap ingin berpuasa, atur jadwal perjalanan agar tidak terlalu melelahkan.

5. Jika perjalanan sangat berat dan membuat kondisi tubuh melemah, sebaiknya mengambil rukhshah (keringanan) untuk tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain.[]

Wallahu A’lam…. 

*Artikel ini merupakan hasil dari program serial Fikih Puasa yang digagas LBM PCNU Kabupaten Cirebon. 

Ikuti saluran WhatsApp NU Cirebon untuk mendapatkan update artikel menarik lainnya.

Tags: Fikih PuasaLBMPuasaRamadanRamadan 2025
ShareTweetPin

Related Posts

Dirikan MT Al-Muna, PAC Fatayat dan Muslimat Perkuat Pemahaman Fikih Praktis bagi Ibu-Ibu di Dukupuntang
Warta

Dirikan MT Al-Muna, PAC Fatayat dan Muslimat Perkuat Pemahaman Fikih Praktis bagi Ibu-Ibu di Dukupuntang

12/07/2025
Ketua PAC Fatayat NU Dukupuntang: MT Al Muna Wujud Nyata Pemberdayaan Ibu-Ibu dalam Pendidikan Al-Qur’an
Banom

Ketua PAC Fatayat NU Dukupuntang: MT Al Muna Wujud Nyata Pemberdayaan Ibu-Ibu dalam Pendidikan Al-Qur’an

12/07/2025
Bisnis NU Cirebon Tarik Minat PCNU Magelang, Siap Jajaki Kerja Sama Strategis!
Lembaga

Bisnis NU Cirebon Tarik Minat PCNU Magelang, Siap Jajaki Kerja Sama Strategis!

05/07/2025
Kiai Aziz Jelaskan Peran Penting Kader NU di Tengah Gempuran AI
Lembaga

Kiai Aziz Jelaskan Peran Penting Kader NU di Tengah Gempuran AI

04/07/2025
Tutup Madrasah Jurnalensa, Kiai Aziz Sebut Profesi Jurnalis Bisa Jadi Peluang Dakwah
Lembaga

Tutup Madrasah Jurnalensa, Kiai Aziz Sebut Profesi Jurnalis Bisa Jadi Peluang Dakwah

04/07/2025
Muharram dan Amalan Utama yang Dianjurkan: Puasa dan Meluaskan Rezeki di Hari Asyura
Fiqih

Muharram dan Amalan Utama yang Dianjurkan: Puasa dan Meluaskan Rezeki di Hari Asyura

03/07/2025
Next Post
Pemudik Sebaiknya Puasa atau Tidak? Ini Jawabannya!

Pemudik Sebaiknya Puasa atau Tidak? Ini Jawabannya!

Jln. Dewi Sartika No. 9, Sumber

Follow us

RECENT NEWS

  • Dirikan MT Al-Muna, PAC Fatayat dan Muslimat Perkuat Pemahaman Fikih Praktis bagi Ibu-Ibu di Dukupuntang
  • Ketua PAC Fatayat NU Dukupuntang: MT Al Muna Wujud Nyata Pemberdayaan Ibu-Ibu dalam Pendidikan Al-Qur’an
  • Bisnis NU Cirebon Tarik Minat PCNU Magelang, Siap Jajaki Kerja Sama Strategis!
  • Kiai Aziz Jelaskan Peran Penting Kader NU di Tengah Gempuran AI

CATEGORIES

  • Agenda
  • Banom
  • Daerah
  • Doa dan Dzikir
  • Fiqih
  • Hukum
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Khutbah Jumat
  • Lembaga
  • MWC
  • Nasihat Ulama
  • Nasional
  • Opini
  • PC NU
  • Pengumuman
  • Pesantren
  • Ragam
  • Sirah
  • Tafsir
  • Tanya-Jawab
  • Tasawuf
  • Tawsiyah
  • Tokoh
  • Uncategorized
  • Warta
  • Agenda
  • Amaliya-NU
  • BANOM NU Kabupaten Cirebon
  • Home
  • Home 1
  • Home 2
  • Home 3
  • Khutbah Jum’at
  • Kirim Tulisan
  • Lembaga NU Kabupaten Cirebon
  • Login
  • MWC NU Kabupaten Cirebon
  • NU TV Cirebon
  • PC NU Kabupaten Cirebon
  • Pesantren
  • Registrasi Garuda Cyber NU
  • Submissions
  • SUSUNAN REDAKSI

© 2023 PC NU Kabupaten Cirebon - Dikelolah Oleh LTN NU Kabupaten Cirebon.

No Result
View All Result
  • Warta
    • Nasional
    • Daerah
  • Ragam
  • Opini
  • Keislaman
    • Doa dan Dzikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Tasawuf
    • Tafsir
  • Pesantren
  • Tokoh
  • Kisah
  • NU Peduli
  • Kirim Tulisan

© 2023 PC NU Kabupaten Cirebon - Dikelolah Oleh LTN NU Kabupaten Cirebon.