Cirebon – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, menegaskan pentingnya seluruh warga Nahdlatul Ulama untuk tetap setia pada mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang telah diajarkan oleh para pendiri NU, dan tidak membuat mazhab baru.
Pernyataan ini disampaikan dalam acara Silaturahmi dan Upgrading Instruktur PD-PKPNU wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten yang diadakan di Pondok Pesantren Al-Itqon, Semarang, pada Ahad (18/5/2025).
Gus Yahya menekankan bahwa siapapun yang bergabung dengan NU harus mengikuti mazhab yang telah ditetapkan oleh para muassis NU dan tidak diperbolehkan menciptakan mazhab baru. Ia menjelaskan bahwa NU didirikan sebagai jam’iyah diniyah ijtima’iyah yang berorientasi pada ajaran para ulama, dengan tujuan mengajak umat untuk mengikuti ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, bukan untuk menyimpang dari prinsip-prinsip dasar tersebut.
“Para pendiri NU telah menjelaskan mazhab mereka secara rinci melalui berbagai rujukan yang masih tersedia dan bisa dipelajari hingga saat ini,” ujarnya.
Gus Yahya juga menekankan pentingnya melihat setiap masalah, baik dalam organisasi maupun masyarakat, melalui perspektif Ahlussunnah wal Jama’ah. Menurutnya, semua masalah harus diselesaikan dengan pendekatan yang selaras dengan ajaran Islam yang benar, tanpa menciptakan mazhab baru.
Selain itu, Gus Yahya mengingatkan instruktur PD-PKPNU untuk berhati-hati terhadap ideologi kontemporer yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, salah satunya feminisme. Ia menjelaskan bahwa feminisme sering kali dibangun dari perspektif konflik, bukan keseimbangan dan kesetaraan yang diajarkan dalam Islam.
Ia mengingatkan bahwa NU tetap mendukung kesetaraan akses bagi laki-laki dan perempuan dalam hal pengembangan kapasitas diri, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang mewajibkan setiap Muslim, baik pria maupun wanita, untuk mencari ilmu.
Gus Yahya menegaskan bahwa tidak boleh ada diskriminasi dalam memberikan akses untuk pengembangan diri, dan setiap program atau pelatihan yang diselenggarakan oleh NU harus selalu mengedepankan keilmuan dan tetap berorientasi pada mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah. Hal ini bertujuan agar kader NU tidak terpengaruh oleh ideologi luar yang dapat melemahkan jati diri organisasi.
“NU harus selalu mengedepankan keilmuan dan tetap berorientasi pada mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah,”jelasnya.