NU Cirebon
Cirebon: Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozie menegaskan bahwa tantangan yang dihadapi para dai atau pendakwah saat ini jauh lebih kompleks dibandingkan era sebelumnya, terutama di tengah perkembangan teknologi dan dinamika sosial masyarakat yang terus bergerak cepat.
Hal itu disampaikan dalam sambutannya pada pembukaan Madrasah Du’at Angkatan III, sebuah program pengkaderan dai yang digelar Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat di Pondok Pesantren Syah Maulana, Desa Kapetakan, Kabupaten Cirebon pada Sabtu 24 Mei 2025.
“Seorang dai dewasa ini tidak cukup hanya memiliki keilmuan yang dalam dan mapan, melainkan juga dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat serta perkembangan zaman,” katanya.

Ia menekankan pentingnya kemampuan adaptif sebagai syarat mutlak bagi seorang dai agar dapat diterima di tengah masyarakat.
Baca: MA Al-Mubarokah Karangmangu Mahir Membaca Kitab Kuning dan Bahasa Inggris
Menurutnya, pendakwah yang tidak responsif terhadap perubahan sosial dan tidak menguasai alat komunikasi kontemporer akan cenderung tertinggal dan kurang efektif dalam menyampaikan pesan keagamaan.
“Dai saat ini harus mampu menampilkan dakwah yang relevan dengan kebutuhan masyarakat kekinian,” ujar Kiai Aziz.
Ia menambahkan bahwa cukup banyak dai dari kalangan Nahdliyin yang memiliki keilmuan sangat mumpuni, namun keberadaannya tidak mendapat tempat di masyarakat. Salah satu faktornya adalah karena tidak mampu mengikuti perkembangan masyarakat secara baik, termasuk dalam hal penggunaan teknologi.
Lebih lanjut, Kiai Aziz menegaskan bahwa dakwah masa kini tidak bisa dilepaskan dari penguasaan media sosial. Menurutnya, media sosial telah menjadi sarana utama dalam menyampaikan dakwah kepada publik yang lebih luas.
“Seorang dai harus paham bagaimana menggunakan media sosial, karena melalui akun-akun tersebut, pesan dakwahnya bisa menjangkau ribuan orang dari berbagai daerah,” katanya.
Ia meyakini bahwa seorang pendakwah yang mampu membangun basis pengikut (follower) yang besar di media sosial akan lebih mudah menyampaikan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin secara luas dan efektif.
Kendati demikian, Kiai Aziz juga menekankan bahwa kualitas keilmuan tetap menjadi pondasi utama dalam proses dakwah. Ia menyampaikan bahwa keilmuan kader NU dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan moral, sebab tradisi keilmuan dalam NU berbasis sanad, yakni rantai transmisi keilmuan yang tersambung secara berkesinambungan dari satu kiai ke kiai lain hingga kepada pengarang kitab.
“Keilmuan Nahdliyin diwariskan secara jelas dari generasi ke generasi melalui kesinambungan. Berbeda dengan pengetahuan yang bersumber dari google atau artificial intelegent,” tegasnya.
Dalam forum Madrasah Du’at tersebut, Kiai Aziz memastikan bahwa seluruh peserta akan dibekali materi dari para pakar yang berasal dari kalangan pesantren dan memiliki sanad keilmuan yang teruji.
Ia berharap kegiatan ini mampu membuka cakrawala para peserta sehingga setelah kembali ke masyarakat, mereka dapat berperan aktif dan memberi kontribusi nyata di tengah tantangan zaman.
Dalam kesempatan itu, Kiai Aziz menyampaikan terimakasih kepada pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jawa Barat yang telah mempercayakan Kabupaten Cirebon sebagai tuan rumah penyelenggaraan Madrasah Du’at Angkatan III.
Di sisi lain, ia juga memberikan apresiasi khusus kepada Pengasuh Pondok Pesantren Syah Maulana, KH Aris Maulana, atas dukungan penuh dalam menyukseskan kegiatan tersebut.
“Semoga Kiai Aris Maulana terus memberikan warna baik bagi masyarakat sekitar dan dunia pesantren secara umum,” harapnya.
Meskipun jumlah peserta pada angkatan ketiga ini lebih sedikit dibandingkan pelaksanaan Madrasah Du’at sebelumnya, yakni hanya sekitar 150 orang, namun Kiai Aziz menyampaikan keyakinannya bahwa jika para peserta mampu memahami substansi materi yang diberikan secara mendalam, maka hasil atau output dari kegiatan ini tidak akan kalah dengan angkatan sebelumnya.
“Kualitas tidak selalu ditentukan oleh jumlah. Yang terpenting adalah pemahaman dan penerapan dari ilmu yang diperoleh,” pungkasnya.
Pelaksanaan Madrasah Du’at Angkatan III LDNU PWNU Jawa Barat ini menghadirkan narasumber tingkat nasional. Hadir dalam giat tersebut Bupati Cirebon, H Imron Rosyadi, Wakil Ketua PWNU Jawa Barat, KH Abdul Hadi, Ketua LDNU PWNU Jawa Barat, KH Jamil Abdul Latif, Ketua Tanfidziah PCNU Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozi, Pengasuh Ponpes Syah Maulana, KH Aris Maulana, dan perwakilan LDNU PCNU dari berbagai daerah.[]