NU Cirebon
Cirebon: Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat kembali menggelar program Madrasah Du’at (Sekolah Pengkaderan Dai) Angkatan III yang kali ini dipusatkan di Pondok Pesantren Syah Maulana, Desa Kapetakan, Kabupaten Cirebon.
Acara tersebut diikuti sekitar 150 peserta, yang terdiri dari perwakilan LDNU tingkat cabang (PCNU), serta para santri yang secara mandiri mendaftar itu digelar pada pada Sabtu, 24 Mei 2025.
Ketua LDNU PWNU Jawa Barat, KH Jamil Abdul Latif menyampaikan pentingnya program ini dalam rangka memperkuat barisan dakwah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyyah.
Ia menjelaskan bahwa Madrasah Du’at bukan sekadar kegiatan pelatihan biasa, melainkan sebuah langkah strategis dalam membangun kekuatan dakwah NU yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa tujuan utama program ini adalah untuk menumbuhkan dan menambah semangat berjamaah dalam wadah Nahdlatul Ulama.
“Para peserta Madrasah Du’at ini adalah bagian dari murid-murid ideologis pendiri NU, sehingga mereka harus membawa semangat perjuangan yang sama dalam mengabdi kepada umat dan bangsa,” tuturnya.
Kiai Jamil menyampaikan bahwa pengkaderan ini merupakan bagian dari upaya konkret untuk meningkatkan kapasitas diri para kader NU dalam berdakwah dan berkhidmah kepada masyarakat. Dengan mengikuti Madrasah Du’at, para peserta diharapkan memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan dakwah yang kuat serta mampu menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat, sekaligus menjadi penguat struktur dakwah di masing-masing zona.
Baca: Ketua PCNU Kabupaten Cirebon Tekankan Pentingnya Adaptasi Teknologi dalam Berdakwah
“Para peserta diharapkan memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan dakwah serta bermanfaat bagi masyatakat,” jelasnya.
Ia menargetkan bahwa ke depan, akan terbentuk setidaknya seribu dai NU di setiap zona dakwah yang telah ditentukan oleh LDNU Jawa Barat.
Sebagai informasi, pelaksanaan Madrasah Du’at sebelumnya pernah mencatatkan jumlah peserta mencapai 400 hingga 500 orang, menunjukkan antusiasme tinggi dari warga NU terhadap kegiatan pengkaderan seperti ini.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Jamil tidak lupa menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada Pengasuh Pondok Pesantren Syah Maulana, KH Aris Maulana, yang telah menjadi shahibul bait dan menyediakan segala kebutuhan tempat dan fasilitas bagi terselenggaranya acara ini.
Ia mendoakan, Pondok Pesantren Syah Maulana dapat terus berkembang pesat, bahkan ke depan mampu menampung ratusan hingga ribuan santri yang akan menjadi kader-kader penerus perjuangan ulama.
“Semoga dengan berkah NU, PP Syah Maulana dapat berkembang lebih pesat lagi ke depannya,” pungkas Kiai Jamil.
Sementara Pengasuh Pondok Pesantren Syah Maulana, KH Aris Maulana mengungkapkan rasa syukur dan haru atas terpilihnya pesantren yang diasuhnya sebagai tuan rumah kegiatan penting ini.
Ia menyampaikan bahwa menjadi tempat berlangsungnya Madrasah Du’at adalah sebuah keberkahan tersendiri, karena tempat ini didatangi oleh para kiai, ulama, dan orang-orang saleh.
Kiai Aris menjelaskan bahwa Pondok Pesantren Syah Maulana baru berdiri pada tahun 2023 dan hingga kini masih dalam tahap awal pengembangan, dengan jumlah santri sekitar 40 orang.
Dalam usia yang relatif muda tersebut, terpilihnya pesantren ini sebagai lokasi kegiatan berskala wilayah seperti Madrasah Du’at merupakan kebanggaan dan harapan baru, sekaligus tantangan yang akan memacu semangat keluarga besar pesantren untuk terus tumbuh dan berkhidmat di tengah masyarakat.
“Wilayah Kapetakan, tempat berdirinya pesantren ini, kerap mendapat stigma negatif dari masyarakat luas sebagai zona merah, baik secara sosial maupun keagamaan. Oleh karena itu, ia merasa terpanggil untuk turut ambil bagian dalam memperkuat warna keagamaan di daerah ini,” ujar alumnus Al-Azhar, Kairo, Mesir itu.
Menurutnya, keberadaan Pondok Pesantren Syah Maulana adalah bentuk kepedulian terhadap kondisi spiritual masyarakat, dengan harapan bisa menghadirkan nuansa keislaman yang sejuk dan bernuansa Ahlussunnah wal Jama’ah.
Dalam sambutannya, ia juga menyatakan bahwa Pondok Pesantren Syah Maulana membawa misi besar untuk menyebarkan nilai-nilai keaswajaan, yang meliputi prinsip tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran), demi membentuk masyarakat Islam yang ummatan wasathan, yaitu umat pertengahan yang adil dan tidak ekstrem. Ia berharap bahwa nilai-nilai tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di wilayah Kapetakan dan sekitarnya.
Sebagai penutup, KH Aris Maulana menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang hadir dan mendukung terselenggaranya Madrasah Du’at ini, termasuk para kiai, tokoh masyarakat, Bupati Cirebon, para tamu undangan, dan seluruh peserta.
Ia menegaskan bahwa kehadiran mereka bukan hanya menjadi kebanggaan, melainkan juga membawa keberkahan yang besar bagi Pondok Pesantren Syah Maulana dan menjadi penguat langkah ke depan dalam mewujudkan cita-cita besar dakwah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di wilayah Cirebon, khususnya Kapetakan.
“Kehadiran para kiai dan seluruh tamu undangam bukan hanya menjadi kebanggaan tersendiri, melainkan juga membawa keberkahan yang besar bagi keluarga Pondok Pesantren Syah Maulan ini,” pungkasnya.[]