NU Cirebon
Kirim pahala kepada mayit banyak dijumpai dalam setiap ritual tradisi keagamaan di lingkup warga Nahdliyin. Sebut saja, kirim pahala bacaan Alquran, kalimat thoyibah dan shodaqoh.
Tradisi ini termanifestasikan dalam kegiatan tahlilan, tahtim Alquran dan ritual keagamaan lainnya. Di momentum ini, pembacaan bacaan kalimat thoyyibah, shodaqoh, pahalanya akan dihadiahkan kepada mayit (ihda ats-tsawab).
Kiai Yusuf Zubaidi saat rutinan PAC MDS Rijalul Ansor Panguragan, Sabtu (29/01) menjelaskan, tradisi ihda ats-tsawab punya landasan hukum yang jelas. Amaliyah warga nahdliyin ini bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan syariat.
“Kelompok yang menentang amaliyah ini, berarti tidak memahami secara substansial dalil-dalilnya. Mereka hanya memahami secara parsial saja,” kata Kiai Yusuf.
Padahal, lanjutnya, kalau benar menggali dasar hukum amaliyah ihda tsawab, kita akan menemukan banyak ulama yang menjelaskan. Bahkan, ulama yang menjadi pegangan kelompok wahabi pun mendukung amaliyah tersebut.
Imam Ibnu Taimiyah berpendapat, mayit dapat mengambil manfaat pahala bacaan Quran sebagaimana mengambil kemanfaatan dari shodaqoh maliyah. Sementara Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, paling utama pahala yang dihadiahkan kepada mayit adalah shodaoh, istighfar, doa dan haji.
Sedangkan di dalam kitab Ar-ruh disebutkan, bacaan Quran dan menghadiahkannya kepada mayit itu sampai pahalanya kepada mayit laiknya pahala puasa dan zakat. Dan lebih utama, ketika melakukan itu, hendaknya berniat bahwa bacaan tersebut diperuntukan untuk mayit.
Di akhir ceramahnya, Kiai Yusuf menyebutkan sebuah hadis dalam kitab Hujjah Ahli Sunnah Waljamaah, diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, tidak ada yang lebih berat yang dirasakan mayit daripada hari pertama, maka berikanlah rahmat kepadanya dengan shodaqoh. Jika tidak mampu, maka sholatlah dua rokaat dengan membaca ayat-ayat Alquran di dalamnya.
Kemudian setelah salam, membaca doa sebagaimana berikut:
اللهم اني صليت هذه الصلاة وتعلم مااريد. اللهم ابعث ثوابها الۍ قبر فلان ابن فلان.