Oleh: Rukyat (Mahasiswa PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
PERKEMBANGAN ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman modern ini secara tidak langsung membawa perubahan di dunia pendidikan. Nahasnya, perubahan tersebut tak melulu positif, kadang juga menjerumus ke arah negatif.
Kondisi perubahan tersebut juga berdampak pada peserta didik. Salah satu dampak positifnya yakni memudahkan bagi para pelajar dalam mencari sumber referensi di jagat internet. Sedangkan dampak negatifnya yaitu mereka bisa saja terpengaruh oleh hal-hal yang dapat merusak akhlak atau moralnya.
Selain itu, dampak negatif lainnya bisa saja pelajar kehilangan empati terhadap sesama, atau bahkan terobsesi menjadi individu yang hedon.
Peran penting kitab Ta’lim Muta’allim
Saat ini, sering tersaji fenomena pelajar yang perbuatannya melenceng dari norma agama. Di benaknya, hanyalah bagaimana meraih kesenangan dan kenikmatan semata. Mereka nyaris sama sekali tidak memikirkan yang akan terjadi setelahnya.
Ironisnya, fenomena tersebut diiringi dengan perasaan bangga. Padahal, secara tidak langsung mereka sudah menggadaikan akhlaknya. Misalnya, dengan membangkang kepada orang tua.
Terkait sikap membangkang kepada orang tua, kitab Ta’lim Muta’allim menyinggung dan juga menjelaskan tentang bagaimana cara beretika kepada orang tua, keluarga, teman, dan guru.
Karena itulah, dalam upaya mencetak kader anak bangsa yang memiliki attitude atau adab yang baik, sesuai dengan sila yang kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, MTs Nurul Huda Pangenan di bawah naungan Yayasan Nurul Huda Japura Lor mengadakan pengajian kitab Ta’lim Muta’allim. Pengajian tersebut dilaksanakan setelah asar yang bertempat di aula Nurul Huda.
Menurut kepala sekolah MTs Nurul Huda Pangenan, H Ahmad Hasain Zaeni, S.Ag, para siswa dan siswi harus di bekali ilmu agama. Tujuannya, supaya suatu saat nanti mereka bisa dan siap terjun di masyarakat.
Ia mengaku, salah satu program prioritasnya adalah mengadakan pembiasaan setiap pagi sebelum belajar, sistem yang ia terapkan adalah metode menghafal, baik hafalan juz 30, hafalan nahwu, hafalan kosa kata Bahasa Inggris, bahkan ada juga yang masih belajar iqra.
“Hal ini merupakan bentuk kepedulian kepala sekolah terhadap siswa dan siswi MTs Nurul Huda Pangenan,” katanya saat dikonfirmasi pada Rabu, 22 Maret 2023.
Untuk itu, langkah yang dilakukan MTs Nurul Huda ini merupakan langkah awal sebagai usaha dari tenaga pendidik untuk mengarahkan siswa dan siswi beretika yang baik, melihat banyaknya kasus-kasus kenakalan yang terjadi dikalangan remaja belakangan ini.
Dengan demikian, diharapkan siswa siswi MTs Nurul Huda Pangenan bisa meningkatkan kualitas attitude untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara.
Sebagai gambaran, pengajian tersebut diikuti oleh kelas 9, kelas 8 dan juga peserta dari luar yang ingin mengikuti pengajian Ta’lim Muta’allim.
Antusias mereka untuk memahami dan mengetahui tentang akhlak luar biasa. Itu merupakan bukti bahwa remaja sekarang bukan berarti kurang baik dalam beretika, namun terkadang kurang didikan dari orang lain.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengajian yang digelar MTs Nurul Huda sangat cocok untuk disampaikan kepada peserta didik. Materi lainnya yakni pembahasan terkait anjuran untuk berbuat kebaikan kepada orang lain sekalipun ia berbuat buruk kepadanya.
Harapannya, ketika seorang anak kecil telah diajarkan kepribadian yang baik, maka kepribadian itu akan tertanam dalam dirinya sampai ia dewasa. Ia akan memiliki akhlak yang mulia sama seperti apa yang diajarkan oleh orang tua dan gurunya.
Jika sedari kecil anak diajarkan untuk terbiasa hidup sopan santun, jujur, berbakti kepada orang tua, maka sifat-sifat itulah yang akan dilakukan dalam kehidupannya. Ibaratkan menanam pohon, jika dari kecil pohon itu kita rawat dengan baik, maka ia akan tumbuh menjadi pohon yang indah. Namun sebaliknya, jika kita tak pernah merawat serta memperhatikannya, maka pohon itu tak akan tumbuh dengan baik dan tak enak dipandang mata.
Implementasi sila kedua
Jika mengutip berdasarkan sila kedua, setiap warga negara memiliki hak untuk memiliki rasa hormat terhadap orang lain. Salah satu kewajibannya adalah menjunjung tinggi martabat manusia.
Nilai yang terkandung dalam Sila Kedua Pancasila ialah nilai kemanusiaan. Setiap manusia harus menjunjung tinggi harkat martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Hal ini seperti yang dikutip dari Suplemen Buku Ajar Pendidikan Pancasila oleh Yulia Djahir. Ia mencontohkan, penerapan Sila Kedua dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban antara sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Mengembangkan sikap hormat dan menghormati.
9. Kerjasama dengan orang lain, sebagai wujud bangsa Indonesia menjadi bagian seluruh umat manusia.
10. Tidak membeda-bedakan yang mampu dan kurang mampu.
11. Memberi kebebasan dalam memilih Pendidikan.
12. Tidak berbuat seenaknya pada teman sekolah atau kuliah.
13. Melaksanakan kewajiban untuk bersekolah atau berkuliah dan mengumpulkan tugas yang diberikan
14. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
15. Memberi keputusan yang adil dalam keputusan tentang urusan bersama.
16. Tidak pilih kasih dalam bergaul.
Dengan demikian, pengajian yang dilaksanakan oleh MTs Nurul Huda tersebut memiliki kaitan yang sangat erat dengan pendidikan akhlak. Sebab, tidak akan bermakna seorang manusia apabila tidak memiliki akhlak.
Oleh karena itu, begitu penting untuk mengajarkan kepada anak tentang pendidikan akhlak sejak masih kecil agar ketika sudah besar kelak, tidak dengan mudah mengikuti perkembangan zaman yang akan berdampak negatif dalam dirinya.