NU Cirebon
Cirebon: Panitia Haul ke-93 Mbah Said dan sesepuh Pondok Pesantren Gedongan menggelar Seminar Nasional Psikologi dan Kesehatan pada Jumat, 12 Januari 2024.
Acara yang berlangsung di Masjid Agung Pesantren Gedongan Desa Ender, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon itu mengusung tema “Psikologi dan Kesehatan Remaja.”
Hadir dalam acara tersebut Dr. dr. H. Moh. Syarofil Anam, M.Si. Med, Sp.A (Dosen Universitas Diponegoro dan Dokter Spesialis Anak RSUP Dr Kariadi Semarang), dr. Yuli Tri Setiyono, Sp.OG, Subsp. FER (Dosen Universitas Diponegoro dan Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan) serta Wulandari Sawitri Wila, S.Psi. MM (Psikolog dan Asisten Staf Khusus Presiden).
Ketua panitia, H Ahmad Marzuki menyebut bahwa seminar tersebut sama halnya seperti kegiatan-kegiatan bermanfaat lain yang ada di Pesantren.
“Para santri harus bisa belajar seperti para narasumber, mereka dulunya juga santri seperti kalian. Kemudian beliau-beliau ini memilih satu disiplin ilmu, untuk menggapai cita-citanya,” jelasnya.
Sementara itu, pengasuh Ma’had At-Ta’at Pesantren Gedongan, KH Taufikurrahman Yasin mengatakan, kegiatan seminar esensinya mirip dengan bahtsul masail, diskusi, atau musyawarah yang ada di Pesantren.
“Kegiatan seminar yang sekarang dilaksanakan juga seperti bahtsul masail yang ada di Pondok Pesantren Gedongan, harus terus dilestarikan keberadaannya. Pasalnya, kegiatan seperti ini merupakan kegiatan yang bermanfaat dan positif untuk ke depannya,” kata Kiai Taufik.
Menurut Kang Opi, sapaan akrab KH Taufikurrahman, remaja merupakan peralihan masa anak-anak menuju dewasa. Ia menganggap bahwa di dalamnya pasti ada masa-masa galau, gelisah dan sebagainya.
“Usia remaja adalah transisi masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Maka, bagi adik-adik santri yang masih mondok pasti mengalami galau, resah, gelisah dan sebagainya. Itu hal yang wajar,” ujar Kang Opi.
Dalam acara tersebut, Pemateri dr. Yuli Tri Setiyono, Sp.OG, Subsp. FER menjelaskan pentingnya pengetahuan reproduksi bagi remaja perempuan. Ia menyebut, mereka merupakan generasi yang rawan akan pergaulan yang menyimpang atau bahkan hamil di luar nikah.
“Usia remaja merupakan usia yang belum cukup dikatakan untuk menikah, karena sperma yang dihasilkan ketika bertemu sel telur bisa berakibat fatal pada bagian rahim perempuan,” ujar dr. Yuli.
Sedangkan dari pemateri lainnya, Wulan Sawitri mengatakan bahwa psikologi yang ada pada manusia berpengaruh pada pikiran dan hati yang sedang digantungkan.
“Santri yang sedang menghafal dan belajar harus berpikir saya mampu dan saya bisa. Karena hal tersebut akan memacu otak dan perasaan berkembang lebih baik,” ujar Staf Khusus Presiden yang akrab disapa Kak Wulan itu.
Pewarta: Iin Sholihin