Thursday, November 13, 2025
NU Kabupaten Cirebon
NEWSLETTER
No Result
View All Result
  • Warta
    • Nasional
    • Daerah
  • Ragam
  • Opini
  • Keislaman
    • Doa dan Dzikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Tasawuf
    • Tafsir
  • Pesantren
  • Tokoh
  • Kisah
  • NU Peduli
  • Kirim Tulisan
NU Kabupaten Cirebon
  • Warta
    • Nasional
    • Daerah
  • Ragam
  • Opini
  • Keislaman
    • Doa dan Dzikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Tasawuf
    • Tafsir
  • Pesantren
  • Tokoh
  • Kisah
  • NU Peduli
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
NU Kabupaten Cirebon
No Result
View All Result

Kiai Musthofa Aqil: Surat Al-Ikhlas Mengajarkan Makna Keikhlasan yang Hakiki

sofhaladnan by sofhaladnan
19/04/2025
in Nasional, Warta
0
Home Warta Nasional

KH Muhammad Musthofa Aqil Siroj, pengasuh Pondok Pesantren Khas Kempek di Cirebon, Jawa Barat, membagikan kisah dan kebiasaannya dalam membaca Surat Al-Ikhlas.

RELATED POST

Meriahkan Hari Santri Nasional 2025, PAC Fatayat NU Kecamatan Weru Selenggarakan Seminar Parenting

Membentuk Karakter Generasi Masa Depan yang Kreatif dan Mandiri, PAC Fatayat NU Kecamatan Weru Gelar Lomba Mewarnai dalam Peringatan Hari Santri Nasional

Menurutnya, Surat Al-Iklas memiliki makna yang mendalam dan selalu menyertainya dalam berbagai momen kehidupan, baik saat berdakwah maupun ketika mengasuh santri di pesantren.

Dalam perbincangan hangat bersama NU Online pada Jumat, 18 April 2025, di kediamannya, Kiai Musthofa menjelaskan bahwa Surat Al-Ikhlas memiliki tempat istimewa di hatinya karena keunikan yang dimilikinya. Ia menyoroti bahwa meskipun nama surat tersebut adalah “Al-Ikhlas” (yang berarti keikhlasan), namun tidak ada satu pun kata dalam isi surat itu yang secara eksplisit menyebut kata “ikhlas”.

Makna keikhlasan, sambung Kiai Musthofa, justru tergambar begitu kuat melalui kandungan suratnya yang menegaskan tauhid, yakni keesaan Allah, tanpa syarat atau kepentingan lain.

“Kalau diperhatikan dengan saksama, antara nama dan isi surat memang tak ada hubungan kata secara langsung. Namun, justru inilah yang menjadi kekuatan Surat Al-Ikhlas. Ia mengajarkan kepada kita tentang makna keikhlasan sejati—menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tanpa motivasi lain,” ujar Kiai Musthofa.

Lebih lanjut, ia mengisahkan rutinitas pribadinya dalam melantunkan Surat Al-Ikhlas. Setiap kali menunaikan shalat Shubuh, ia selalu membaca surat tersebut dua kali pada rakaat kedua. Menurutnya, untuk rakaat pertama, ia biasanya membaca surat lain, namun Surat Al-Ikhlas selalu menjadi pilihan utamanya di rakaat terakhir.

“Untuk rakaat pertama saya bebas memilih surat lain. Tapi rakaat kedua, saya rutin membaca Al-Ikhlas dua kali. Sudah menjadi kebiasaan,” ungkapnya sambil tersenyum.

Dalam kesempatan itu, Kiai Musthofa juga mengulas pentingnya pemahaman terhadap penjagaan Al-Qur’an yang dijanjikan langsung oleh Allah. Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an dijaga keasliannya secara ketat oleh Allah Swt. dan menjadi satu-satunya kitab suci yang tidak mengalami perubahan, sekecil apa pun. Ia memberi contoh bahwa jika terjadi kesalahan satu huruf saja dalam Al-Qur’an, maka akan menimbulkan kegemparan di seluruh dunia Islam.

Ia kemudian merujuk pada Surat Al-Hijr ayat 9 yang berbunyi, “Inna nahnu nazzalna adz-dzikra wa inna lahu lahafizhun”, yang artinya “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.” Dari ayat tersebut, ia menjelaskan makna penggunaan kata “Nahnu” (Kami) yang merupakan bentuk jamak, padahal Allah adalah Dzat yang Maha Esa.

“Penggunaan kata ‘Kami’ dalam ayat ini menunjukkan adanya keterlibatan banyak unsur dalam proses penurunan dan penjagaan wahyu, bukan dalam arti menggambarkan pluralitas Dzat Allah. Ini juga menunjukkan kebesaran dan keagungan kuasa-Nya,” jelasnya.

Kiai Musthofa juga membawakan perumpamaan yang sederhan untuk menjelaskan bagaimana hafalan Al-Qur’an dalam diri seseorang akan selalu berada dalam perlindungan Allah. Ia mengibaratkannya seperti uang yang disimpan dalam lemari. Jika seseorang ingin menjaga uang tersebut, tentu ia juga harus menjaga lemari tempat uang itu berada.

“Begitulah hafalan Al-Qur’an pada diri seseorang. Jika ia menghafalnya, maka Allah akan turut menjaga dirinya, sebagaimana orang yang menjaga lemari demi melindungi isi di dalamnya,” tuturnya. Ia pun menyebutkan bahwa salah satu manfaat besar dari menghafal Al-Qur’an ini adalah peluang yang lebih besar untuk masuk ke dalam surga, insyaallah.

Di akhir wawancara, Kiai Musthofa memberikan masukan bagi NU Online agar dapat memperkaya kontennya dengan menambahkan fitur kajian tafsir tematik. Menurutnya, pendekatan ini sudah digunakan oleh Al-Qur’an itu sendiri melalui pola ayat-ayat yang saling menjelaskan dan menafsirkan satu sama lain.

“Itu belum banyak dilakukan secara luas. Padahal Al-Qur’an sendiri memberi contoh bagaimana ayat-ayatnya saling menguatkan makna,” kata Kiai Musthofa Aqil.

KH Muhammad Musthofa Aqil Siroj, pengasuh Pondok Pesantren Khas Kempek di Cirebon, Jawa Barat, membagikan kisah dan kebiasaannya dalam membaca Surat Al-Ikhlas.

Menurutnya, Surat Al-Iklas memiliki makna yang mendalam dan selalu menyertainya dalam berbagai momen kehidupan, baik saat berdakwah maupun ketika mengasuh santri di pesantren.

Dalam perbincangan hangat bersama NU Online pada Jumat, 18 April 2025, di kediamannya, Kiai Musthofa menjelaskan bahwa Surat Al-Ikhlas memiliki tempat istimewa di hatinya karena keunikan yang dimilikinya. Ia menyoroti bahwa meskipun nama surat tersebut adalah “Al-Ikhlas” (yang berarti keikhlasan), namun tidak ada satu pun kata dalam isi surat itu yang secara eksplisit menyebut kata “ikhlas”.

Makna keikhlasan, sambung Kiai Musthofa, justru tergambar begitu kuat melalui kandungan suratnya yang menegaskan tauhid, yakni keesaan Allah, tanpa syarat atau kepentingan lain.

“Kalau diperhatikan dengan saksama, antara nama dan isi surat memang tak ada hubungan kata secara langsung. Namun, justru inilah yang menjadi kekuatan Surat Al-Ikhlas. Ia mengajarkan kepada kita tentang makna keikhlasan sejati—menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tanpa motivasi lain,” ujar Kiai Musthofa.

Lebih lanjut, ia mengisahkan rutinitas pribadinya dalam melantunkan Surat Al-Ikhlas. Setiap kali menunaikan shalat Shubuh, ia selalu membaca surat tersebut dua kali pada rakaat kedua. Menurutnya, untuk rakaat pertama, ia biasanya membaca surat lain, namun Surat Al-Ikhlas selalu menjadi pilihan utamanya di rakaat terakhir.

“Untuk rakaat pertama saya bebas memilih surat lain. Tapi rakaat kedua, saya rutin membaca Al-Ikhlas dua kali. Sudah menjadi kebiasaan,” ungkapnya sambil tersenyum.

Dalam kesempatan itu, Kiai Musthofa juga mengulas pentingnya pemahaman terhadap penjagaan Al-Qur’an yang dijanjikan langsung oleh Allah. Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an dijaga keasliannya secara ketat oleh Allah Swt. dan menjadi satu-satunya kitab suci yang tidak mengalami perubahan, sekecil apa pun. Ia memberi contoh bahwa jika terjadi kesalahan satu huruf saja dalam Al-Qur’an, maka akan menimbulkan kegemparan di seluruh dunia Islam.

Ia kemudian merujuk pada Surat Al-Hijr ayat 9 yang berbunyi, “Inna nahnu nazzalna adz-dzikra wa inna lahu lahafizhun”, yang artinya “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.” Dari ayat tersebut, ia menjelaskan makna penggunaan kata “Nahnu” (Kami) yang merupakan bentuk jamak, padahal Allah adalah Dzat yang Maha Esa.

“Penggunaan kata ‘Kami’ dalam ayat ini menunjukkan adanya keterlibatan banyak unsur dalam proses penurunan dan penjagaan wahyu, bukan dalam arti menggambarkan pluralitas Dzat Allah. Ini juga menunjukkan kebesaran dan keagungan kuasa-Nya,” jelasnya.

Kiai Musthofa juga membawakan perumpamaan yang sederhan untuk menjelaskan bagaimana hafalan Al-Qur’an dalam diri seseorang akan selalu berada dalam perlindungan Allah. Ia mengibaratkannya seperti uang yang disimpan dalam lemari. Jika seseorang ingin menjaga uang tersebut, tentu ia juga harus menjaga lemari tempat uang itu berada.

“Begitulah hafalan Al-Qur’an pada diri seseorang. Jika ia menghafalnya, maka Allah akan turut menjaga dirinya, sebagaimana orang yang menjaga lemari demi melindungi isi di dalamnya,” tuturnya. Ia pun menyebutkan bahwa salah satu manfaat besar dari menghafal Al-Qur’an ini adalah peluang yang lebih besar untuk masuk ke dalam surga, insyaallah.

Di akhir wawancara, Kiai Musthofa memberikan masukan bagi NU Online agar dapat memperkaya kontennya dengan menambahkan fitur kajian tafsir tematik. Menurutnya, pendekatan ini sudah digunakan oleh Al-Qur’an itu sendiri melalui pola ayat-ayat yang saling menjelaskan dan menafsirkan satu sama lain.

“Itu belum banyak dilakukan secara luas. Padahal Al-Qur’an sendiri memberi contoh bagaimana ayat-ayatnya saling menguatkan makna,” kata Kiai Musthofa Aqil.

 

Tags: al-ikhlaskh.musthofa aqielPBNUpp.khaskempek
ShareTweetPin

Related Posts

Meriahkan Hari Santri Nasional 2025, PAC Fatayat NU Kecamatan Weru Selenggarakan Seminar Parenting
Banom

Meriahkan Hari Santri Nasional 2025, PAC Fatayat NU Kecamatan Weru Selenggarakan Seminar Parenting

29/10/2025
Membentuk Karakter Generasi Masa Depan yang Kreatif dan Mandiri, PAC Fatayat NU Kecamatan Weru Gelar Lomba Mewarnai dalam Peringatan Hari Santri Nasional
Banom

Membentuk Karakter Generasi Masa Depan yang Kreatif dan Mandiri, PAC Fatayat NU Kecamatan Weru Gelar Lomba Mewarnai dalam Peringatan Hari Santri Nasional

29/10/2025
Buku Jejak Sejarah NU Cirebon Jawab Minimnya Informasi Sejarah NU di Daerah
Daerah

Buku Jejak Sejarah NU Cirebon Jawab Minimnya Informasi Sejarah NU di Daerah

19/10/2025
GP Ansor Cirebon Kecam Tayangan “Xpose Uncensored”, Desak Trans7 Minta Maaf dan KPI Bertindak Tegas
Banom

GP Ansor Cirebon Kecam Tayangan “Xpose Uncensored”, Desak Trans7 Minta Maaf dan KPI Bertindak Tegas

15/10/2025
Nilai Tayangan Trans7 Rugikan Pesantren, PCNU Cirebon Serukan Boikot Produk Trans Corp
Daerah

Nilai Tayangan Trans7 Rugikan Pesantren, PCNU Cirebon Serukan Boikot Produk Trans Corp

14/10/2025
Bahas Renstra, IPPNU Cirebon Fokus Dorong Prestasi Anggota dan Atasi Krisis Literasi Digital
Banom

Bahas Renstra, IPPNU Cirebon Fokus Dorong Prestasi Anggota dan Atasi Krisis Literasi Digital

09/10/2025
Next Post
Kiai Aziz: Muskercab Harus Hasilkan Gagasan Nyata untuk Masyarakat Cirebon

Kiai Aziz: Muskercab Harus Hasilkan Gagasan Nyata untuk Masyarakat Cirebon

Jln. Dewi Sartika No. 9, Sumber

Follow us

RECENT NEWS

  • Meriahkan Hari Santri Nasional 2025, PAC Fatayat NU Kecamatan Weru Selenggarakan Seminar Parenting
  • Membentuk Karakter Generasi Masa Depan yang Kreatif dan Mandiri, PAC Fatayat NU Kecamatan Weru Gelar Lomba Mewarnai dalam Peringatan Hari Santri Nasional
  • Buku Jejak Sejarah NU Cirebon Jawab Minimnya Informasi Sejarah NU di Daerah
  • GP Ansor Cirebon Kecam Tayangan “Xpose Uncensored”, Desak Trans7 Minta Maaf dan KPI Bertindak Tegas

CATEGORIES

  • Agenda
  • Banom
  • Daerah
  • Doa dan Dzikir
  • Fiqih
  • Hukum
  • Keislaman
  • Khutbah
  • Khutbah Jumat
  • Lembaga
  • MWC
  • Nasihat Ulama
  • Nasional
  • Opini
  • PC NU
  • Pengumuman
  • Pesantren
  • Ragam
  • Sirah
  • Tafsir
  • Tanya-Jawab
  • Tasawuf
  • Tawsiyah
  • Tokoh
  • Uncategorized
  • Warta
  • Agenda
  • Amaliya-NU
  • BANOM NU Kabupaten Cirebon
  • Home
  • Home 1
  • Home 2
  • Home 3
  • Khutbah Jum’at
  • Kirim Tulisan
  • Lembaga NU Kabupaten Cirebon
  • Login
  • MWC NU Kabupaten Cirebon
  • NU TV Cirebon
  • PC NU Kabupaten Cirebon
  • Pesantren
  • Registrasi Garuda Cyber NU
  • Submissions
  • SUSUNAN REDAKSI

© 2023 PC NU Kabupaten Cirebon - Dikelolah Oleh LTN NU Kabupaten Cirebon.

No Result
View All Result
  • Warta
    • Nasional
    • Daerah
  • Ragam
  • Opini
  • Keislaman
    • Doa dan Dzikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Tasawuf
    • Tafsir
  • Pesantren
  • Tokoh
  • Kisah
  • NU Peduli
  • Kirim Tulisan

© 2023 PC NU Kabupaten Cirebon - Dikelolah Oleh LTN NU Kabupaten Cirebon.