NU Online Cirebon –
Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) menggelar Kongres ke-2 di Universitas Nusantara (UNINUS) Bandung yang dibuka di Istana Negara, Kamis (23/8). Sebagai lembaga yang menghimpun para sarjana di kalangan Nahdlatul Ulama, menurut Abdul Muiz Syaerozie, Ketua PC ISNU Kabupaten Cirebon, bahwa ISNU ke depan membutuhkan pemimpin yang proaktif, bukan pemimpin menara gading yang tidak mampu membuat terobosan-terobosan baru hingga dapat dikenal dan disegani khalayak publik.
“Saat periode Cak Ali Masykur Musa memang cukup bagus. Fokusnya membentuk struktur sampai ketingkat pengurus Cabang sebagai amanat kongres pertama. Namun demikian, pada periode cak Ali, ISNU kurang menggelinding cepat di kalangan publik. Kalah cepat dengan gerak banom-banom lain. Bahkan ke publik lebih dikenal Pergunu ketimbang ISNU,” jelas Kang Muiz, sapaan akrabnya.
Untuk itu, kata Kang Muiz, PC ISNU Kabupaten Cirebon mengapresiasi apa yang dilakukan Cak Ali. Namun PC ISNU menolak untuk aklamasi sebagaimana berkembang di kalangan pengurus PW ISNU se-Indonesia.
“Sebab, aklamasi hanya akan menutup pintu bagi intelektual-intelektual NU yang memiki kemampuan untuk ikut bertarung dan berkontribusi di kongres kali ini,” tegasnya.
Sementara itu, ada beberapa bakal calon yang menguat di kalangan peserta kongres antara lain, Mahfud MD, Hanif Dakhiri, dan Nusron Wahid.
Nusron Wahid, menurut berita yang berkembang, menyatakan ketidaksiapannya memimpin ISNU. Sedangkan Hanif Dhakiri dan Mahfudz MD masih belum mendapatkan berita kesiapannya.
“Selain tiga tokoh itu, Ali Masykur Musa juga banyak disebut untuk meneruskan kepemimpinan ISNU oleh para pengurus wilayah. Selain Cak Ali juga ada Prof Nur Kholis Setiawan yang sudah menyatakan kesiapannya,” tandas Kang Muiz.
Terkait dengan Kongres ke-2 ISNU di UNINUS Bandung, PC ISNU Kabupaten Cirebon mendelegasikan enam orang pengurusnya untuk hadir di acara kongres.