Friday, September 22, 2023
NU Kabupaten Cirebon
NEWSLETTER
No Result
View All Result
  • Warta
    • Nasional
    • Daerah
  • Ragam
  • Opini
  • Keislaman
    • Doa dan Dzikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Tasawuf
    • Tafsir
  • Pesantren
  • Tokoh
  • Kisah
  • NU Peduli
  • Kirim Tulisan
NU Kabupaten Cirebon
  • Warta
    • Nasional
    • Daerah
  • Ragam
  • Opini
  • Keislaman
    • Doa dan Dzikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Tasawuf
    • Tafsir
  • Pesantren
  • Tokoh
  • Kisah
  • NU Peduli
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
NU Kabupaten Cirebon
No Result
View All Result

NU Berdiri untuk Kemerdekaan Indonesia

ayub by ayub
April 14, 2023
in Warta
0
Home Warta

RELATED POST

Wakil Ketua PCNU Sebut Kiai Aziz Sosok Aspiratif

Rais Syuriah Sebut Pertumbuhan NU Kian Pesat di Abad Kedua

Pada tahun 1926, di Surabaya, para kiai pesantren Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja)  mendirikan jamiyah (organisasi) bernama Nahdlatul Ulama, kebangkitan para ulama. Sebelum organisasi itu berdiri, para tokohnya lebih dahulu mendirikan tiga pilar penyangga utama, yaitu Nahdlatul Wathan pada tahun 1914, Tashwirul Afkar pada tahun 1918, dan Nahdlatut Tujjar tahun 1924.
Pada saat mendirikan NU, para kiai mendiskusikan nama organisasi yang akan dibentukknya. Salah seorang kiai mengusulkan nama Nuhudlul Ulama yang berarti kebangkitan ulama. Namun, KH Mas Alwi Abdul Aziz mengusulkan Nahdlatul Ulama. Kiai Alwi berpandangan, konsekuensi dengan menggunakan kata nahdlatul adalah kebangkitan yang telah terangkai sejak berabad-abad lalu. Bukan kebangkitan yang tiba-tiba sebab ulama Aswaja memiliki sanad keilmuan dan perjuangan sama dengan ulama-ulama sebelumnya.
Menurut Choirul Anam pada buku Pertumbuhan dan Perkembangan NU, paling tidak, kebangkitan ulama NU merupakan kelanjutan dari gerakan Wali Songo dan ulama penyebar Islam lainnya di Nusantara. Selama ratusan tahun, perjuangan tersebut turun-temurun, sambung-menyambung, bergerak mempertahankan Islam di Nusantara.
Masih di buku yang sama, Choirul Anam mengatakan, karena keadaan terus berubah, tantangannya pun berbeda, karena itu, cara para kiai Aswaja bergerak dalam mempertahankan dan menyebarkan Islam pun berubah juga. Jika sebelumnya hanya melalui pesantren dan bergerak sendiri-sendiri, para kiai mencoba dengan mendirikan organisasi.
“Ini hanyalah persoalan cara, tapi intinya adalah mempertahankan Islam itu sendiri. Buktinya, pesantren dipertahankan, organisasi dijalankan,” tulis Choirul Anam di buku itu.
Tantangan baru tiada lain adalah penjajahan bangsa Eropa mulai Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris, serta terakhir bangsa Asia (Jepang). Mereka tidak hanya mengeruk kekayaan alam di Nusantara, tetapi menyebarkan agama dan budaya mereka dengan begitu masif karena terorganisir dengan baik.
Dengan demikian, motif para kiai mendirikan organisasi adalah untuk menahan persebaran agama dan budaya yang dibawa penjajah. Pada saat yang sama, berusaha lepas dari belenggu penjajahan (nasionalisme).
Motif mempertahankan agama ini tiada lain adalah tetap berlangsung ajaran, pemikiran, praktik Islam Ahlussunah wal Jamaah dengan mazhab empat. Hal ini merupakan penegasan dari perkembangan saat itu. Di Timur Tengah muncul paham baru yang menggagas pembaruan dalam Islam dengan slogan kembali pada Al-Qur’an dan hadits dan antitaqlid kepada mazhab empat.
Di Arab Saudi muncul pula paham Wahabi. Paham tersebut semakin kuat dan masif ketika disokong kekuasaan. Sejak Ibnu Saud, Raja Najed menaklukkan Hijaz (Makkah dan Madinah) tahun 1924-1925, aliran Wahabi sangat dominan di tanah Haram. Kelompok Islam lain dilarang mengajarkan mazhabnya, bahkan tidak sedikit para ulama yang dibunuh.  Paham-paham tersebut juga mendapat pengikut kuat di Nusantara yang mengampanyekan antibidah di mana-mana. Taqlid adalah penyebab kemunduran, melarang tahlilan, dan tradisi-tradisi keagamaan lain yang jelas-jelas memiliki dasar dari ajaran Islam sendiri, yang selama ini dilakukan paham Ahlussunah wal Jamaah.
Para ulama Ahlussunah wal Jamaah di Nusantara, risau dengan kebijakan Arab Saudi tersebut. Mereka kemudian merencanakan untuk mengirimkan utusan ke Tanah Suci Mekkah, menemui penguasa saat itu untuk meminta menghentikan kebijakan itu. Rencana untuk mengirim utusan dilaksanakan di kediaman KH Wahab Chasbullah di Kertopaten, Surabaya pada16 Rajab 1344 H bertepatan dengan 31 Januari 1926, untuk membentuk Komite Hijaz yang kemudian melahirkan Nahdlatul Ulama.
Sementara motif kedua berdirinya NU adalah nasionalisme atau membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
Choirul Anam menjelaskan melalui rekam jejak KH Wahab Chasbullah yang sejak muda terlibat di Sarekat Islam (SI), Indonesische Club, mendirikan Nahdlatul Wathan, Tashwirul Afkar, Syubanul Wathan dan mengadakan kursus masail diniyah bagi pemuda pembela mazhab merupakan gerakan nasionalisme.
Menurut Anam, sehari sebelum pertemuan Kertopaten, terjadi dialog antara KH Wahab Chasbullah dengan KH Abdul Halim Leuwimunding.
“Apakah organisasi yang akan didirikan para kiai itu memiliki tujuan kemerdekaan?”
“Iya, umat Islam menuju ke jalan itu. Umat Islam tidak leluasa sebelum negara kita merdeka,” jawab Kiai Wahab.
Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Api Sejarah mengatakan: Apabila diperhatikan, nama Nahdlatul Ulama yang berarti kebangkitan ulama, sejalan dengan kondisi perjuangan umat Islam saat itu, yakni sedang dalam perjuangan membangkitkan kesadaran nasional.
Pada halaman selanjutnya di buku tersebut Ahmad Mansur Suryangera mengatakan, NU sebagaimana organisasi yang didirikan sezaman berkeinginan menegakkan kembali umat Islam sebagai mayoritas. (Abdullah Alawi)
Sumber: www.nu.or.id
Tags: HUT RINahdlatul UlamaNUNU Cirebon
ShareTweetPin

Related Posts

Wakil Ketua PCNU Sebut Kiai Aziz Sosok Aspiratif
Daerah

Wakil Ketua PCNU Sebut Kiai Aziz Sosok Aspiratif

September 17, 2023
Rais Syuriah Sebut Pertumbuhan NU Kian Pesat di Abad Kedua
Daerah

Rais Syuriah Sebut Pertumbuhan NU Kian Pesat di Abad Kedua

September 11, 2023
Komitmen Kembangkan Keahlian Teknologi Informasi, PCNU tengah Bangun BLK
Daerah

Komitmen Kembangkan Keahlian Teknologi Informasi, PCNU tengah Bangun BLK

September 10, 2023
Ketua PMII Jabar Minta PMII Cirebon tak Tinggalkan Semangat Kaderisasi
Daerah

Ketua PMII Jabar Minta PMII Cirebon tak Tinggalkan Semangat Kaderisasi

September 9, 2023
Resmi Dilantik, PC PMII Cirebon Siap Kawal Kebijakan Pemerintah
Banom

Resmi Dilantik, PC PMII Cirebon Siap Kawal Kebijakan Pemerintah

September 9, 2023
Berdiri hampir 3 Tahun, Koperasi Artha Berkah PCNU Kabupaten Cirebon Sentuh Omzet Hingga 5 Miliar 
Daerah

Berdiri hampir 3 Tahun, Koperasi Artha Berkah PCNU Kabupaten Cirebon Sentuh Omzet Hingga 5 Miliar 

September 5, 2023
Next Post
KH Hasyim Asy’ari Penentu Tanggal Kemerdekaan RI?

KH Hasyim Asy’ari Penentu Tanggal Kemerdekaan RI?

Jln. Dewi Sartika No. 9, Sumber

Follow us

RECENT NEWS

  • Wakil Ketua PCNU Sebut Kiai Aziz Sosok Aspiratif
  • Rais Syuriah Sebut Pertumbuhan NU Kian Pesat di Abad Kedua
  • Komitmen Kembangkan Keahlian Teknologi Informasi, PCNU tengah Bangun BLK
  • Ketua PMII Jabar Minta PMII Cirebon tak Tinggalkan Semangat Kaderisasi

CATEGORIES

  • Agenda
  • Banom
  • Daerah
  • Doa dan Dzikir
  • Keislaman
  • Khutbah Jumat
  • Lembaga
  • MWC
  • Nasihat Ulama
  • Nasional
  • Opini
  • PC NU
  • Pengumuman
  • Pesantren
  • Sirah
  • Tawsiyah
  • Tokoh
  • Uncategorized
  • Warta
  • Agenda
  • Amaliya-NU
  • BANOM NU Kabupaten Cirebon
  • Home
  • Home 1
  • Home 2
  • Home 3
  • Khutbah Jum’at
  • Kirim Tulisan
  • Lembaga NU Kabupaten Cirebon
  • Login
  • MWC NU Kabupaten Cirebon
  • NU TV Cirebon
  • PC NU Kabupaten Cirebon
  • Pesantren
  • Registrasi Garuda Cyber NU
  • Submissions
  • SUSUNAN REDAKSI

© 2023 PC NU Kabupaten Cirebon - Dikelolah Oleh LTN NU Kabupaten Cirebon.

No Result
View All Result
  • Warta
    • Nasional
    • Daerah
  • Ragam
  • Opini
  • Keislaman
    • Doa dan Dzikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Tasawuf
    • Tafsir
  • Pesantren
  • Tokoh
  • Kisah
  • NU Peduli
  • Kirim Tulisan

© 2023 PC NU Kabupaten Cirebon - Dikelolah Oleh LTN NU Kabupaten Cirebon.