NU Cirebon Online,
Pengurus Rayon (PR) Rarasantang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Nahdlatul Ulama (PMII UNU) Cirebon, mengadakan Dialog dan Istigosah.
Kegiatan yang bertemakan “Dimensi Berfikir dan Pergerakan Santri dari masa ke masa” ini digelar masih dalam memperingati hari santri nasional (HSN) yang bertepatan pada tanggal 22 Oktober kemarin.
Hadir sebagai pemantik pada kegiatan ini, Ketua Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Cirebon Abdul Muiz Syaerozi.
Dikatakan Kang Muiz biasa orang memanggilnya, peristiwa Resolusi Jihad yang bertepatan pada tanggal 22 Oktober ini, telah diingatkan kembali oleh kader-kader PMII UNU Cirebon melalui dialog dan Istigosah bersama.
“Bahwa ada sebuah peristiwa yang sangat besar sekali, sehingga bisa mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan peristiwa yang kita kenal, dalam konteks sejarah Resolusi Jihad, dimunculkan oleh Hadratul Syaikh Hasyim Asy’ari, itu yang kita peringatkan setiap tanggal 22 Oktober,”kata Kang Muiz, Kamis (29/10)
Meskipun peringatan HSN ini masih berusia 5 tahun, sejak ditetapkan oleh Presinde Jokowi n peristiwa Resolusi Jihad ini sudah sangat lama terjadi.
“Karna sudah lama kita seolah-olah sengaja dibuat lupa terhadap sejarah, kita orang-orang santri yang ikut juga membela dalam mempertahankan Negara Republik kesatuan Indonesia,”ujar Muiz.
Untuk itu, Alumni UGM ini, mengajak seluruh kader PMII, tidak hanya PMII UNU saja, melainkan seluruh kader PMII se Cirebon melalui memperingati HSN ini terus mengkampanyekan pentingnya keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia. “Itu harus diwacanakan oleh PMII,”sambung dia.
Masih dikatakan Muiz, yang keduavPMII juga harus terus menggelorakan terhadap semangat keilmuanya, karna PMII, kader-kader masa depan.
Selain itu, Muzi menilai, PMII adalah kelompok organisasi yang berbasis atau berkarakter santri, yakni tadi cinta ilmu, menghormati orang tua, berakhalakul karimah dan cinta tanah air. “Itu harus juga menjadi pelopor untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,”imbuhnya.
Muiz mengungkapkan sejarah Resoluis Jihad ini, adalah sejarah masalalu, dimana peran para ulama, dansantri dalam melawan penjajahan Belanda. Santri yang dimaksud itu adalah bukan sekedar orang yang bersarung dan berkopeah hitam.
“Tapi yang dimaksud dengan santri adalah orang-orang yang meliliki semangat mencintai ilmu pengetahuan, menghormati orang tua, berahlakul karimah dan kecintaan yang tinggi terhadap tanah air, itu yg dimaksud dengan santri,”ujarnya.
Sementara itu, Ketua Rayon Rarasantang FKIP PMII UNU Cirebon Lela Puspaningsih menyampaikan, selain merefleksikan perjuangan ulama dan santri pada tempo dulu, peringati HSN menjadi ajang silaturahim keluarga PMII UNU Cirebon.
“Pada intinya tujuan mengadakan agenda refleksi Hari Santri Nasional (HSN) ini menjadi bahan silaturohim bagi keluarga PMII UNU,”Lela ujaranya.
“Dimana istighosah ini bertujuan meningkatkan spritual para kader PMII UNU khususnya, Rayon Rarasantang dan di lanjut dengan dialog,”sambung Lela.
Lanju Lela, dialog ini membahas sejarah terbentuknya Hari Santri dan pergerakan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan, seperti yang dikatakan pemateri, bahwasanya santri saat ini mesti menjadi anak zaman yang bisa menghadapi zamannya.
“Jika dulu di zaman penjajahan santri mampu tampil heroik, maka sejatinya di zaman sekarang pun santri mesti mampu tampil heroik pula dalam menghadapi tantangan era globalisasi,” jelasnya.