PUASA secara genuin adalah madrasah spiritual dan moral. Ia adalah ritual meditatif sebagai cara dan mekanisme melihat atau mengkoreksi (muhasabah) dan melatih diri mengendalikan hasrat-hasrat rendah yang merusak jiwa dalam rangka mewujudkan kehidupan bersama yang berkeadilan dan berkemanusiaan.
Demikian disampaikan Dr (HC) KH. Husein Muhammad dalam acara Kajian I’tikaf Ramadan di Masjid Al-Ukhiwah Universitas Indonesia (UI) dengan tema “Puasa untuk Membangun Relasi Sosial Kemanusian”. Senin, 17 April 2023..
Dalam penjelasannya itu, Buya Husein mengutip sebuah Hadis Nabi Muhammad Saw:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” أَتَدْرُونَ مَاالْمُفْلِسُ ؟ قَالُوا : الْمُفْلِسُ فِينَا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاتِهِ وَصِيَامِهِ وَزَكَاتِهِ ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا ، وَقَذَفَ هَذَا ،وَأَكَلَ مَالَ هَذَا ، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا ، وَضَرَبَ هَذَا ، فَيَقْعُدُ فَيَقْتَصُّ هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْتَصَّ مَا عَلَيْهِ مِنَ الْخَطَايَا ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَ عَلَيْهِ ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ ” أخرجه مسلم
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut/pailit ?”. Mendengar pertanyaan Nabi ini, para sahabat dengan cepat menjawab : “Dia adalah orang yang tidak lagi punya kekayaan”.
Nabi Muhammad mengatakan : “Oh, bukan”. Lalu beliau menjelaskan maksudnya : “Orang yang bangkrut ialah dia yang datang pada hari kiamat dengan membawa daftar pahala salat, puasa, dan zakat, tetapi dalam waktu yang sama dia juga membawa daftar dosa kezaliman yang dilakukannya.
“Dia mengecam si A, menuduh si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D dan memukul si E. Kepada mereka yang dizalimi (korban), kelak dia (pelaku) dihukum dengan membayar dengan pahala kebaikan-kebaikan (kesalehan) personalnya. Manakala semua pahala kebaikan/kesalehan personal tersebut belum bisa melunasinya, maka dosa mereka korban ditimpakan kepadanya. Sesudah itu dia (pelaku) dilemparkan ke dalam api neraka,” jelas Buya Husein dikutip dari Facebook pribadinya.
Menurut Buya Husein, pernyataan Nabi di atas memperlihatkan kepada kita betapa kesalehan personal seperti saalat, puasa, haji dan yang sejenisnya meski pahalanya begitu besar, bisa digugurkan oleh perilaku-perilaku kezaliman sosial dan kemanusiaan.
Ia menjelaskan, kezaliman sosia atau kemanusiaan adalah tindakan-tindakan yang melanggar hukum publik. “Misalnya merampas hak milik manusia, melukai kehormatan mereka, mencaci maki, menuduh, memfitnah, melakukan kekerasan fisik, verbal, psikis, kekerasan seksual, korupsi dan lain-lain,” katanya.
“Mereka terancam hukuman berat dari Allah : dilemparkan ke dalam neraka,” tegas Buya Husein.